RS Sitanala pun melakukan penanganan dengan memberikan infus, menyuntikkan obat dan memberi bantuan pernafasan dengan oksigen. Dari hasil pemeriksaan dokter, Mesiya didiagnosa infeksi paru-paru.
“Kemudian pihak RS Sitanala memberikan rujukan dengan alasan tidak memiliki alat untuk menangani anak saya,” jelas Misrun yang bekerja sebagai sopir truk sampah di Dinas Kebersihan dan Pertamaman Kota Tangerang sebagai Tenaga Harian Lepas (THL) ini.
Tanpa diberi tahu harus ke mana, akhirnya Misrun mencari sendiri rumah sakit untuk merujuk putrinya.
Sementara anaknya masih dirawat di IGD, Misrun pun berkeliling dengan mengendarai sepeda motor. Dia sempat mendatangi empat rumah sakit, yakni RSUD Kabupaten Tangerang, RS Sari Asih Karawaci, RS Melati dan RS Ar-Rahman. Namun semua rumah sakit itu menolaknya dengan alasan kamar penuh.
“Saya datang bawa surat rujukan, pihak rumah sakit cuma bilang kamar penuh. Mereka tidak menanyakan KTP saya ataupun kondisi anak saya. Saya enggak mengerti kenapa,” ujarnya.