MOSKOW – Komandan militer Rusia, Kolonel Jenderal Sergei Karakayev mengungkap rencana Negeri Beruang Merah untuk meningkatkan patroli rudal bergerak (mobile missile) di kawasan Eropa pada 2017. Hal tersebut disampaikan jelang pertemuan dengan negara anggota NATO di Brussels, Belgia pada Senin 19 Desember 2016.
Seperti diketahui, hubungan antara Rusia dan NATO belakangan memanas akibat pencaplokan Krimea dan konflik berkepanjangan dengan Ukraina. NATO seperti halnya Amerika Serikat berada di pihak Ukraina, meninggalkan Moskow berdiri sendirian.
“Saat ketegangan sedang meninggi seperti sekarang ini, lebih penting untuk berdialog secara langsung dengan Rusia,” kata Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, seperti disitat dari BBC, Jumat (16/12/2016).
Mengenai rencana patroli mobile missile Rusia, Karakayev menjelaskan patroli akan dilakukan di kawasan perairan. Teknologi ponton atau tongkang akan membantu upaya pengawasan ini lebih mudah bergerak di air dan memindahkan senjata nuklir itu ke kawasan baru.
Sekira dua bulan lalu, Rusia mengerahkan senjata nuklirnya rudal balistik Iskander di Kaliningrad yang terletak di perbatasan Polandia dan Lithuania. Sebulan kemudian, Presiden Vladimir Putin menjelaskan bahwa Rusia perlu menggunakan sistem persenjataan rudalnya sebagai langkah balasan melawan ancaman keamanan dari para musuhnya.
Beberapa laporan amatir juga mengatakan Moskow mengangkut persenjataan rudal Yars miliknya dengan kereta api. Seolah memang bersiap menghadapi perang dunia.
Namun demikian, pihak Kremlin membantah bahwa pengerahan militernya dimaksudkan untuk menembak NATO. Kepala Staf Umum Rusia, Valery Gerasimov menegaskan kepada para tentara asing di Moskow pada Kamis 15 Desember, isu itu jelas sama sekali tidak berdasar.
Menurutnya, Rusia justru telah menurunkan jumlah penempatan pasukan di kawasan Barat. Sebaliknya, NATO yang meningkatkan kegiatan militer di sana.
(Silviana Dharma)