CHICAGO - Setelah delapan tahun memimpin Amerika Serikat, Barack Obama akan segera turun dari kursi kepresidenan. Selasa 10 Januari waktu Chicago, AS, Obama menyampaikan pidato perpisahan.
Pidato perpisahan Obama diawali ucapan terima kasih sang presiden kepada warganya. Selama sekira satu jam, Obama mengulas kembali berbagai keberhasilan AS di bawah pemerintahannya. Ia juga mengingatkan tentang berbagai tantangan yang akan dihadapi warga Negeri Paman Sam di masa-masa mendatang, baik dari musuh negara lain maupun dari dalam negeri.
Tidak hanya berisi apresiasi atas berbagai pencapaian pemerintahannya, pidato perpisahan Obama juga penuh keharuan. Sepanjang pidato, tepuk tangan terus bersahut-sahutan dari warga yang memenuhi McCormick Place, Chicago. Berkali-kali presiden Afrika-Amerika pertama itu tersenyum menerima sambutan yang begitu luar biasa.
Ayah dua anak tersebut juga tak lupa menyapa generasi muda Amerika. Obama menyebut, anak-anak muda Amerika adalah pribadi yang tidak egois, altruistik, kreatif dan patriotik. Ia pun menyatakan kebanggaannya menyaksikan generasi muda Amerika menunjukkan taringnya di berbagai sektor.
"Kalian semua percaya keadilan merata di Amerika. Kalian mengetahui bahwa perubahan adalah sesuatu yang selalu diperjuangkan di Amerika, yaitu sesuatu yang tidak perlu ditakuti tetapi perlu direngkuh. Kalian bersedia mengemban tugas berat dalam memajukan demokrasi. Jumlah kalian akan melampaui kami, dan saya meyakini, masa depan ada di tangan-tangan bertanggung jawab," papar Obama.
Sebagian besar isi pidato perpisahan Obama membahas demokrasi. Menurutnya, demokrasi merupakan bentuk persatuan yang sempurna di tengah berbagai perbedaan. Namun, Obama juga mengingatkan warganya agar tidak berdiam diri dalam menjaga keberlangsungan demokrasi di Amerika.
"Demokrasi Amerika dalam ancaman ketika warganya menganggap itu sebagai hadiah. Semua warga Amerika, dari partai apa pun, harus membangun kembali institusi demokrasi," tegasnya.
Pidato perpisahan Obama diahkiri dengan ungkapan terima kasihnya kepada sang istri, Michelle, dan kedua putrinya. Saat menyebut nama Michelle, Obama tampak emosional dan harus menenangkan diri sejenak.
"Selama 25 tahun terakhir ini, kamu tidak hanya seorang istri bagi saya, tetapi juga teman terbaik. Kamu mengambil peran yang tidak diminta sebelumnya. Kamu mampu melaksanakannya dengan baik dan dengan sedikit gaya. Kamu membuat Gedung Putih menjadi milik semua warga. Mereka melihat kamu sebagai role model. Kamu membuatku bangga. Negara juga bangga padamu," ucap Obama sambil terisak.
(Rifa Nadia Nurfuadah)