SEOUL – Sebagaimana yang sudah dijadwalkan, militer Korea Selatan (Korsel) menggelar latihan gabungan (latgab) dengan militer Amerika Serikat (AS) di Pangkalan Udara Osan, Pyongtaek. Presiden Korsel Moon Jae-in menegaskan bahwa latihan tersebut tidak bertujuan menaikkan tensi di Semenanjung Korea karena lebih menekankan pada sistem pertahanan.
“Tidak ada keinginan sama sekali untuk memanaskan tensi militer di Semenanjung Korea karena latihan-latihan ini dilakukan setiap tahun dan selalu untuk kepentingan pertahanan,” ujar Presiden Moon Jae-in, mengutip dari Reuters, Senin (21/8/2017).
“Korut tidak seharusnya mengeluhkan upaya kami untuk menjaga perdamaian atau melibatkan diri dalam provokasi yang hanya akan menambah runyam situasi dengan menggunakan latihan ini sebagai alasan,” sambung pria berusia 64 tahun itu.
Latgab tersebut dijadwalkan berlangsung hingga 31 Agustus 2017. Adapun menu latihan bertajuk Pengawal Kebebasan Ulchi itu turut melibatkan simulasi komputer yang dirancang untuk membiasakan para tentara akan kondisi perang di Semenanjung Korea.
Senada dengan Presiden Moon Jae-in, AS juga mengatakan bahwa latihan tersebut lebih bersifat untuk pertahanan alih-alih serangan. Juru bicara militer AS, Michelle Thomas menuturkan, latgab tersebut dilakukan sebagai persiapan jika suatu hal besar terjadi dan Washington harus melindungi Republik Korea (nama resmi Korsel) sebagai sekutu di Asia Pasifik.
Sebagaimana diketahui, Korut sering menganggap latihan pertahanan tersebut sebagai tipuan dari AS dan Korsel. Pyongyang selalu memandang bahwa latgab adalah persiapan untuk melakukan invasi. Biasanya, latgab antara Korsel dengan AS akan disikapi Korut dengan meluncurkan rudal balistik.
Korea Utara dan Korea Selatan secara de facto masih dalam keadaan perang. Sebab, Perang Korea yang meletus pada 1950-1953 hanya diakhiri dengan perjanjian gencatan senjata bukan perjanjian damai secara formal.
Meski sudah terjadwal, latgab yang digelar Senin (21/8/2017) siang waktu setempat itu banyak dipandang sebagai antisipasi dari percepatan peningkatan kemampuan rudal Korut. Sebagaimana diberitakan, Korut beberapa waktu lalu mengancam akan menyerang Guam, yang masih menjadi wilayah AS, dengan rudal balistiknya.
Ancaman tersebut disikapi Presiden AS Donald Trump dengan menyebut Korut akan dibalas dengan api dan kemarahan jika berani menyerang Guam. Pemimpin Tertinggi Korut Kim Jong-un lantas meninjau ulang rencana serangan dengan terlebih dahulu melihat perilaku AS sebelum melancarkan rudal ke Guam.
(Wikanto Arungbudoyo)