WASHINGTON DC – Pemerintah Amerika Serikat (AS) akan mengusir dua pertiga staf diplomatik di Kedutaan Besar (Kedubes) Kuba. Langkah ini diambil pasca-penyakit misterius yang menjangkiti para staf di Kedubes Amerika Serikat di Havana beberapa bulan lalu.
Sebagaimana dikutip dari Reuters, Rabu (3/10/2017) Kementerian Luar Negeri AS disinyalir akan mengumumkan pengusiran itu dalam waktu dekat. Namun, sumber yang tak disebutkan namanya mengklaim pengumuman itu kemungkinan akan dirilis pada Selasa 2 Oktober 2017 waktu setempat.
BACA JUGA: Duh! 16 Diplomat AS Alami Gangguan Pendengaran di Kuba
Keputusan pengusiran itu diambil hanya berselang beberapa hari setelah AS menyebut akan mengurangi jumlah diplomatnya di Kuba hingga lebih dari setengah usai terjadinya insiden misterius. Pemerintah Negeri Paman Sam juga memperingatkan warganya agar tidak mengunjungi Kuba.
Reuters mewartakan, Kementerian Luar Negeri AS menolak memberikan komentar mengenai rencana pengusiran tersebut. Namun lembaga negara itu hanya menegaskan bahwa Menteri Luar Negeri Rex Tillerson saat ini terus mengevaluasi langkah demi memastikan Pemerintah Kuba bertanggung jawab untuk melindungi para diplomat.
BACA JUGA: Obama Tunjuk Dubes Kuba Pertama dalam 55 Tahun
Wacana pengusiran ini sebenarnya sudah disuarakan oleh para pejabat Amerika Serikat yang memiliki keturunan “darah” Kuba. Senator Marco Rubio, salah satu orang yang meminta agar para diplomat Kuba diusir karena pemerintahnya gagal menyelidiki insiden yang menimpa para staf Kedubes AS.
Pihak Kementerian Luar Negeri AS melaporkan bahwa setidaknya ada 21 staf Kedubes AS yang menderita penyakit misterius. Mereka mengalami gangguan pendengaran, pusing, kelelahan, masalah kognitif dan kesulitan tidur.
BACA JUGA: Dapat Serangan Sonik Misterius, AS Tarik Separuh Diplomatnya di Kuba
Akibat insiden itu dan anggapan Pemerintah Kuba tidak melakukan respons yang serius akibat munculnya penyakit misterius tersebut, AS pun mulai mengurangi stafnya di Havana. Kepala Urusan AS di Kementerian Luar Negeri Kuba, Josefina Vidal menyatakan bahwa keputusan tersebut terlalu terburu-buru dan akan mempengaruhi hubungan bilateral.
Kuba, AS dan Kanada dilibatkan dalam penyelidikan serangan penyakit misterius itu. Namun hingga kini tidak diketahui siapa yang melancarkan “serangan” tersebut atau bagaimana caranya.
(Emirald Julio)