Rampok Bank dan Dikejar FBI, Ini Catatan Kriminal Ayah Sang Algojo di Las Vegas

Antara, Jurnalis
Selasa 03 Oktober 2017 17:47 WIB
Seorang perempuan duduk di hadapan ratusan lilin yang dinyalakan untuk mengenang korban penembakan massal pada konser musik country di Las Vegas, AS, Minggu 1 Oktober 2017 malam. (Foto: Chris Wattie/Reuters)
Share :

JAKARTA - Catatan kriminal nampaknya bukan sesuatu yang asing di keluarga Stephen Paddock, pelaku penembakan sebuah konser di Las Vegas, Amerika Serikat (AS). Sang ayah, Benjamin Hoskins Paddock, ternyata juga seorang kriminal sejak memasuki usia kepala tiga.

Benjamin Paddock awalnya diketahui berketerampilan sebagai ahli reparasi. Namun dia rupanya menyimpan kemampuan lain, yakni merampok bank.

BACA JUGA: Stephen Paddock, Penembak Sadis di Las Vegas Itu Penjudi Profesional yang Berperilaku Ganjil

Selama rentang 18 bulan medio 1959 dan 1960, dia sukses menjarah dua cabang Valley National Bank di Phoenix, mencoleng tak kurang dari USD25 ribu (sekira Rp333,2 juta). Fakta itu diungkap The Arizona Republic pada Oktober 1960.

Pihak berwenang lantas menangkap Benjamin Paddock di Las Vegas. Atas kejahatannya, Paddock mendapatkan hukuman 20 tahun penjara pada 1961. Saat itu, sang putra, Stephen Paddock baru berusia 8 tahun.

Kabur dan Ganti Penampilan

Benjamin Paddock hanya menjalani kurang dari separuh masa hukumannya di Texas. Pada 1968, dia melarikan diri dari penjara La Tuna lalu kabur ke San Francisco, dan kembali merampok di sana sekira Juni 1968. Benjamin lantas kabur ke kawasan ke pantai dan menetap di Oregon.

Di sana, dia mengubah penampilannya dengan mencukur habis rambutnya dan menumbuhkan jenggot. Benjamin lalu mengganti namanya menjadi Bruce Werner Ericksen.

BACA JUGA: Sehari Pasca-penembakan Massal yang Tewaskan 59 Orang, 'Pesta' di Las Vegas Tak Lagi Sama

Pada 1969, FBI mengumumkan bahwa Benjamin Paddock masuk dalam daftar buronan. FBI juga menyebarkan poster berisi foto Benjamin, lengkap dengan diagnosis bahwa dia seorang psikopat.

"Dia dilaporkan memiliki kecenderungan bunuh diri dan harus dianggap sangat berbahaya," demikian tulisan dalam poster itu.

Di Oregon, Benjamin diketahui kerap bermain poker bersama rekan-rekannya di Eugene dan membuka rumah judi Bingo di kawasan Springfield pada akhir 1970-an.

"Tidak ada yang tahu siapa dia sebelumnya," kata Frederick van Deinse II, yang meminjami uang kepada Benjamin, dalam sebuah wawancara.

BACA JUGA: Korban Penembakan di Las Vegas Capai 59 Orang, Terbesar Sepanjang Sejarah AS

 

Dia mengatakan bahwa Benjamin tidak pernah berbicara tentang masa lalunya - bukan tentang keluarganya, soal bagaimana dia datang ke Oregon atau hidupnya sebagai perampok bank.

Van Deinse baru tahu kisah kelam Benjamin Paddock pada 6 September 1978, saat dirinya memainkan permainan bingo di ruang tamu. Saat itu, sekelompok pria memasuki aula dan meminta Benjamin keluar ruangan.

Ternyata itu adalah tipu muslihat. Ketika Paddock keluar, agen federal menangkapnya.

BACA JUGA: Ya Ampun... Demi Selamatkan Korban Luka Penembakan di Las Vegas, Pria Ini "Curi" Pikap di Pinggir Jalan

Menurut Van Deinse, Benjamin berkorespondensi dengan rekan-rekannya dari balik penjara. Sayang, dia tak lama menjalani hukuman, hanya satu tahun sebelum akhirnya bebas, menurut sebuah artikel di The Eugene Register-Guard.

Benjamin kembali ke Eugene, dan meneruskan usaha bingo. Pejabat setempat bahkan menyambut kehadirannya karena sifat murah hati Benjamin.

"Dia sering melakukan banyak hal untuk anak-anak," kata seorang walikota menurut surat kabar tersebut.

Namun, Benjamin mengalami masalah lagi. Otoritas negara menuduhnya melakukan pemerasan pada 1980-an.

Paddock menyelesaikan tuntutan sipil dan menghindari penjara setelah membayar USD623 ribu (Rp8,3 miliar), dan memilih meninggalkan Oregon ke Texas. Benjamin akhirnya menghembuskan napas terakhirnya di Texas pada 1998.

BACA JUGA: Penembakan Massal di Las Vegas, Trump: Tragedi Ini Perbuatan Kejahatan Murni

Putra Benjamin, Eric Paddock, mengatakan pada Senin (2/10) lalu bahwa ayahnya sebagian besar tidak hadir dalam kehidupannya. Eric mengatakan, saat ia lahir, ayahnya berada dalam pelarian dan ibunya harus membesarkan dia dan saudaranya seorang diri.

Satu hal yang miris adalah tak ada nama Eric maupun Stephen di berita kematian sang ayah. Hanya ada Patrick Paddock di sana. Demikian seperti dilansir laman New York Times.

(Rifa Nadia Nurfuadah)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya