KEPERCAYAAN dan ketakutan pada hal gaib terkadang membuat manusia mengambil tindakan di luar akal sehat yang kemudian menimbulkan berbagai petaka. Hal itulah yang terjadi di Salem, Massachusetts pada 1692 saat warga lokal yang panik karena ketakutan akan ilmu sihir memunculkan pengadilan penyihir Salem yang menyebabkan kematian setidaknya 20 orang, termasuk lima anak-anak.
Pengadilan penyihir Salem bermula pada Januari 1692, Elizabeth Parris yang berusia 9 tahun dan Abigail Williams yang berusia 11 tahun mengalami serangan seperti ayan, termasuk badan yang melekuk dan berteriak-teriak tanpa terkendali. Segera setelah kedua gadis itu didiagnosis mendapat serangan ilmu sihir oleh Dokter William Griggs, beberapa gadis lain di komunitas Salem mulai menunjukkan gejala yang sama.
Beberapa orang kemudian ditangkap setelah dituding menjadi penyebab ilmu sihir yang merasuki para gadis, termasuk Tituba, seorang budak asal Karibia milik keluarga Parris, Sarah Good, seorang pengemis, dan Sarah Osborn, seorang perempuan tua yang dituduh sebagai penyihir. Seiring dengan kepanikan yang menyebar beberapa orang lain juga dituduh sebagai penyihir dan jumlahnya terus bertambah.
Di tengah suasana tersebut, Gubernur Massachusetts, William Phips memerintahkan pembentukan sebuah pengadilan khusus di Salem untuk menyidangkan kasus tersebut. Meski tanpa didukung bukti yang kuat, Bridget Bishop dinyatakan sebagai seorang penyihir dan dihukum gantung pada Juni 1692.
Setelah Bishop, 18 orang lain turut menyusul sebagian besar dieksekusi di Bukit Penggantungan Salem. Selama beberapa bulan setelahnya 150 orang lainnya yang terdiri dari pria, wanita dan anak-anak, juga dituduh sebagai penyihir dan dibui.
Dilansir History, Kamis (19/10/2017) sebagian besar tuduhan yang dilayangkan kepada para tersangka penyihir hanya didasarkan pada bukti-bukti tak jelas seperti kelakuan yang sedikit aneh, saling menyalahkan, asal tuduh, bahkan tuduhan karena dasar ketidaksukaan pada seseorang.
Pada September 1692, histeria mulai mereda dan opini publik berbalik melawan persidangan terhadap para “penyihir” tersebut. Meskipun Pengadilan Umum Massachusetts kemudian membatalkan putusan bersalah terhadap para penyihir yang dituduh dan memberikan ganti rugi kepada keluarga mereka, kepahitan tetap ada di masyarakat, dan warisan penyiksaan Salem yang menyakitkan terus bertahan selama berabad-abad.
Meski mereka yang dituduh sebagian besar adalah perempuan, ada juga para pria, bahkan hewan yang menjadi korban dari perburuan penyihir Salem.
Giles Corey, seorang pria berusia 81 tahun yang menjadi tertuduh, dibunuh dengan tindihan batu setelah menolak untuk mengikuti persidangan. Setidaknya dua ekor anjing juga dibunuh karena tuduhan terkait ilmu sihir di Salem.
Kisah pengadilan penyihir di Salem menjadi inspirasi berbagai cerita, drama dan film, termasuk drama “The Crucible” karya Arthur Miler pada 1953.
(Rahman Asmardika)