Ini Negara yang Kompak Tak Akui Yerusalem Jadi Ibu Kota Israel, Ada Musuh Bebuyutan AS

Putri Ainur Islam, Jurnalis
Sabtu 16 Desember 2017 06:21 WIB
Bendera nasional Palestina (Foto: AFP)
Share :

KAMIS 6 Desember, Pemerintah Amerika Serikat (AS) mendeklarasikan bahwa Yerusalem, kota suci bagi tiga agama, adalah ibu kota Israel. Sebagai dukungan, Pemerintah AS pun juga menyatakan bahwa akan memindahkan Kedutaan Besar (Kedubes) AS untuk Israel yang berada di Tel Aviv ke Yerusalem.

Sontak sikap tersebut menuai kecaman dan kekecewaan banyak pihak. Pemerintah AS dianggap menunjukkan sikap arogan dengan mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel tanpa pertimbangan apa pun. Selain itu, Pemerintah AS juga dianggap mengabaikan konflik di Timur Tengah.

Sekadar informasi, Konflik Palestina-Israel berawal sejak Perang Dunia I dengan diterbitkannya Deklarasi Balfour yang ditandatangani oleh Menteri Luar Negeri Inggris, Lord Arthur James Balfour pada 2 November 1917. Deklarasi tersebut dikirimkan kepada warga keturunan Yahudi terkemuka, Baron Lionel Walter Rothschild. Deklarasi tersebut berisi dukungan Inggris terkait pendirian pembentukan negara Yahudi di tanah Palestina.

BACA JUGA: Awal Pendudukan Israel di Yerusalem, dari Deklarasi Balfour Sampai Perang Enam Hari

Kecaman atas pengakuan tersebut pun berdatangan dari berbagai negara di dunia. Dari kepala negara hingga warga mengecam keputusan sepihak yang dilakukan oleh Negeri Paman Sam. Okezone merangkum negara-negara yang dengan tegas menolak keputusan AS untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel:

1. Iran

Iran menjadi salah satu negara yang mengecam keputusan AS atas Yerusalem. Pernyataan tersebut diungkapkan oleh Menteri Pertahanan Iran, Brigadir Jenderal Amir Hatami.

“Langkah tersebut akan mempercepat kehancuran rezim Zionis dan akan melipatgandakan kesatuan Muslim,” ujar Brigadir Jenderal Amir Hatami, mengutip dari Reuters.

Tak hanya Menhan, Kepala Staf Angkatan Bersenjata, Jenderal Mohammad Baqeri mengatakan bahwa langkah pemerintah AS tersebut memicu kebangkitan intifada baru atau pemberontakan Palestina. Iran diketahui adalah pendukung sejumlah kelompok militan anti-Israel.

Wakil Komandan Garda Revolusi Iran, Brigadir Jenderal Hossein Salami, yakin bahwa kelompok militan Hizbullah yang berbasis di Lebanon yang merupakan tetangga Israel, memiliki kekuatan yang lebih. Pernyataan serupa diungkapkan Kepala Divisi Operasi Garda Revolusi, Qassem Soleimani.

Ia berjanji bahwa Iran mendukung penuh gerakan pemberontakan Islam Palestina. Janji tersebut dinyatakan setelah Qassem menelefon komandan Hamas dan Brigade Izz al Deen Qassam, salah satu sayap Hamas.

2. Arab Saudi

Kerajaan Arab Saudi menyatakan kekecewaannya terhadap langkah sekutunya, AS, untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Riyadh turut mengingatkan bahwa ada konsekuensi serius terkait pengakuan sekaligus pemindahan Kedutaan Besar (Kedubes) AS ke Yerusalem.

Selain itu, Kerajaan Arab Saudi juga menganggap langkah pemerintah AS adalah sebuah kemunduran besar dalam upaya proses perdamaian. Saudi menyayangkan bahwa AS pada akhirnya melanggar sikap netral terkait isu Yerusalem yang selama ini dipraktikkan.

Umat Islam di Bangladesh turun ke jalan memprotes pengakuan sepihak AS atas Yerusalem. (Foto: Reuters)

3. Turki

Dengan tegas, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan bahwa keputusan Pemerintah AS untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel berlawanan dengan hukum internasional dan resolusi PBB. Erdogan pun mendesak negara anggota PBB untuk menarik misi mereka dari Yerusalem.

"Bagaimana mungkin Anda membubuhi tanda tangan dan sekarang Anda membantahnya," seru Erdogan.

"Para pemimpin negara besar bertugas mewujudkan perdamaian, bukan menciptakan konflik," tambah Presiden Turki tersebut.

BACA JUGA: Sepucuk Surat yang Mengawali Penderitaan Panjang Rakyat Palestina

Erdogan juga menuduh Israel menjadi negara pendudukan, melakukan perluasan bertahap wilayah Israel dari 1947 sampai hari ini. Menguatkan ketidaksetujuannya, Erdogan juga mengancam akan memutukan hubungan diplomatik dengan Israel dan menyerukan pertemuan puncak Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).

4. Uni Eropa

Bukti permasalahan Yerusalem tak hanya sekadar permasalahan agama terbukti dengan ketidaksetujuannya Uni Eropa terhadap status Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Saat bertemu dengan PM Israel Benjamin Netanyahu, Kepala Urusan Politik Luar Negeri Uni Eropa, Federica Mogherini, mengatakan bahwa 28 negara Eropa berkomitmen penuh mendukung Yerusalem sebagai ibu kota baik bagi Israel maupun negara merdeka Palestina.

Mogherini juga menegaskan bahwa Uni Eropa tidak akan mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel sebagaimana Pemerintah AS. Uni Eropa memilih untuk melanjutkan konsensus internasional terkait status Yerusalem. Selain itu, Presiden Prancis Emmanuel Macron juga mendesak agar Netanyahu berani untuk menyelesaikan kebuntuan yang saat ini terjadi dengan Palestina.

5. Yordania

Majelis Rendah Yordania menyetujui usul untuk mengkaji kembali kesepakatan perdamaian dengan Israel setelah keputusan AS untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Yordania yang dengan keras mengutuk keputusan AS dan menyuarakan penolakannya terhadap tindakan itu, menggelar beberapa demonstrasi yang dilakukan oleh partai politik dan pegiat guna menentang keputusan AS tersebut.

Presiden Jokowi hadiri KTT Luar Biasa OKI bahas Yerusalem sebagai ibu kota Israel. (Foto: Antara)

6. Malaysia

Tak mau kalah, Negeri Jiran pun turut menentang keputusan AS atas Yerusalem. Bahkan Menteri Pertahanan (Menhan), Hishammuddin Tun Hussein mengatakan bahwa Angkatan Bersenjata Malaysia (MAF) siap sedia menunggu perintah dan arahan dari Kepala Negara terkait isu Yerusalem. Namun, ia tidak menjelaskan lebih lanjut maksud dari kesiapan tersebut.

BACA JUGA: Konflik Berkepanjangan, Palestina Ingin Damai dengan Israel Sejak 1993

Sebelumnya Malaysia khawatir pengumuman tersebut dapat mengakhiri segala upaya untuk menyelesaikan konflik di Palestina. Malaysia juga menilai pengakuan tersebut melanggar hak-hak dasar warga Palestina serta sejumlah resolusi Dewan Keamanan PBB.

7. Korea Utara (Korut)

Musuh bebuyutan AS, Korut, juga turut mengeluarkan suaranya terkait keputusan kontroversial AS tersebut. Pemerintah Korut mengecam keputusan Pemerintah AS yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Kecaman tersebut disampaikan Korut lewat sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada Sabtu 9 September melalui media pemerintah.

"Mengingat fakta bahwa Presiden Donald Trump memiliki mental yang tidak baik maka ia telah menyerukan penghancuran total sebuah negara yang berdaulat. Tindakan ini sama sekali ridak mengejutkan," tulis keterangan Kementerian Luar Negeri Korut yang dimuat oleh Korean Central News Agency (KCNA).

Pihak Korut juga menambahkan pihak jika tindakan AS ini telah membuktikan pada dunia bahwa musuh bebuyutannya tersebut merupakan dalang utama dari perusak perdamaian dan keamanan dunia.

Umat Islam Indonesia di Bandung turun ke jalan dalam aksi damai protes kebijakan AS atas Yerusalem. (Foto: Antara)

8. Mesir

Aksi protes juga datang dari Negeri Piramida, Mesir. Menurut sebuah laporan, bahkan Gereja Koptik Mesir telah menolak sebuah pertemuan yang diminta oleh Wakil Presiden (Wapres) AS Mike Pence selama kunjungannya yang dilaksanakan pada akhir Desember.

Pihak gereja mengatakan “mengundurkan diri” dari kesediannya menjadi tuan rumah ketika Mike Pence datang ke Mesir. Pihak Gereja Koptik merasa keputusan Presiden Donald Trump pada waktu yang tidak sesuai dan tanpa mempertimbangkan perasaan jutaan orang.

5. Yordania

 

Majelis Rendah Yordania menyetujui usul untuk mengkaji kembali kesepakatan perdamaian dengan Israel setelah keputusan AS untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Yordania yang dengan keras mengutuk keputusan AS dan menyuarakan penolakannya terhadap tindakan itu, menggelar beberapa demonstrasi yang dilakukan oleh partai politik dan pegiat guna menentang keputusan AS tersebut.

 

Presiden Jokowi hadiri KTT Luar Biasa OKI bahas Yerusalem sebagai ibu kota Israel. (Foto: Antara)

                                                      

6. Malaysia

Tak mau kalah, Negeri Jiran pun turut menentang keputusan AS atas Yerusalem. Bahkan Menteri Pertahanan (Menhan), Hishammuddin Tun Hussein mengatakan bahwa Angkatan Bersenjata Malaysia (MAF) siap sedia menunggu perintah dan arahan dari Kepala Negara terkait isu Yerusalem. Namun, ia tidak menjelaskan lebih lanjut maksud dari kesiapan tersebut.

 

BACA JUGA: Konflik Berkepanjangan, Palestina Ingin Damai dengan Israel Sejak 1993

https://news.okezone.com/amp/2017/12/15/18/1830996/konflik-berkepanjangan-palestina-ingin-damai-dengan-israel-sejak-1993

 

Sebelumnya Malaysia khawatir pengumuman tersebut dapat mengakhiri segala upaya untuk menyelesaikan konflik di Palestina. Malaysia juga menilai pengakuan tersebut melanggar hak-hak dasar warga Palestina serta sejumlah resolusi Dewan Keamanan PBB.

 

--

 

7. Korea Utara (Korut)

 

Musuh bebuyutan AS, Korut, juga turut mengeluarkan suaranya terkait keputusan kontroversial AS tersebut. Pemerintah Korut mengecam keputusan Pemerintah AS yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Kecaman tersebut disampaikan Korut lewat sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada Sabtu 9 September melalui media pemerintah.

 

"Mengingat fakta bahwa Presiden Donald Trump memiliki mental yang tidak baik maka ia telah menyerukan penghancuran total sebuah negara yang berdaulat. Tindakan ini sama sekali ridak mengejutkan," tulis keterangan Kementerian Luar Negeri Korut yang dimuat oleh Korean Central News Agency (KCNA).

 

Pihak Korut juga menambahkan pihak jika tindakan AS ini telah membuktikan pada dunia bahwa musuh bebuyutannya tersebut merupakan dalang utama dari perusak perdamaian dan keamanan dunia.

 

Umat Islam Indonesia di Bandung turun ke jalan dalam aksi damai protes kebijakan AS atas Yerusalem. (Foto: Antara)

 

8. Mesir

 

Aksi protes juga datang dari Negeri Piramida, Mesir. Menurut sebuah laporan, bahkan Gereja Koptik Mesir telah menolak sebuah pertemuan yang diminta oleh Wakil Presiden (Wapres) AS Mike Pence selama kunjungannya yang dilaksanakan pada akhir Desember.

 

Pihak gereja mengatakan “mengundurkan diri” dari kesediannya menjadi tuan rumah ketika Mike Pence datang ke Mesir. Pihak Gereja Koptik merasa keputusan Presiden Donald Trump pada waktu yang tidak sesuai dan tanpa mempertimbangkan perasaan jutaan orang.

(Rifa Nadia Nurfuadah)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya