PARIS - Setelah negara sekutunya, Amerika Serikat (AS), keluar dari Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO), kini Israel juga menyatakan bahwa menarik diri dari organisasi dunia tersebut. Direktur Jenderal UNESCO yang tengah berada di Paris pun angkat suara.
Audrey Azoulay, Direktur Jenderal UNESCO, pada Jumat 29 Desember menyampaikan rasa kecewanya terhadap langkah Israel untuk keluar dari badan pendidikan dan kebudayaan PBB tersebut. Ia mengatakan bahwa perlunya dialog untuk menjembatani kesenjangan antar-negara anggota.
BACA JUGA: AS Nyatakan Mundur dari Keanggotaan UNESCO, Kenapa Ya?
"Dalam kapasitas saya sebagai Direktur Jenderal UNESCO, saya diberitahu secara resmi hari ini oleh Pemerintah Israel mengenai penarikan Israel dari organisasi tersebut efektif pada 31 Desember 2018, sebuah keputusan yang diumumkan pada 12 Oktober 2017," kata Azoulay dalam sebuah pernyataan, dilansir dari Xinhua, Minggu (31/12/2017).
Israel diketahui telah menjadi anggota UNESCO sejak 1949. Selain itu, Israel juga dikenal aktif dalam mempromosikan dialog budaya antarnegara, memerangi ekstremisme, dan melestarikan peninggalan-peninggalan budaya.
"Saya sangat menyesali hal ini, karena keyakinan saya bahwa hal tersebut dapat terjadi di UNESCO dan tidak di luar itu bahwa berbagai negara dapat berusaha mengatasi perbedaan dalam bidang kompetensi organisasi," ungkap Azoulay.
BACA JUGA: Hmm... Puji Langkah Berani AS, Israel Ikut-ikutan Keluar dari UNESCO
Dalam menghadapi ketidaksepakatan di antara negara-negara anggota, UNESCO memungkinkan dialog, kerjasama, dan kemitraan berkelanjutan.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, pada 12 Oktober, AS secara resmi menyampaikan kepada UNESCO bahwa mereka akan menarik diri dari organisasi tersebut pada 31 Desember 2018. AS memutuskan untuk mengundurkan diri karena menganggap UNESCO telah menunjukkan sikap anti-Israel. Pada hari yang sama, Israel menyambut baik keputusan ini dan mengumumkan bahwa pihaknya mempertimbangkan langkah serupa.
Meski demikian, AS akan tetap berada dalam organisasi itu sebagai negara pengamat non-anggota yang dapat memberikan pandangan, perspektif, dan keahliannya.
“Keputusan ini tidak mudah dan mencerminkan kekhawatiran AS akan meningkatnya tunggakan di UNESCO, kebutuhan akan reformasi mendasar dalam organisasi tersebut, dan berlanjutnya sikap bias anti-Israel di UNESCO," ujar pernyataan yang diumumkan oleh pihak Kementerian Luar Negeri AS.
(pai)
(Rifa Nadia Nurfuadah)