Surat Terbuka Dokter di Asmat untuk Zaadit Taqwa: Jangan ke Papua, Kau Tak Akan Kuat...

Edy Siswanto, Jurnalis
Selasa 06 Februari 2018 18:03 WIB
dr. Yafet Yanri saat berada di Papua (Foto: Facebook)
Share :

Menurut UNICEF secara langsung keadaan gizi dipengaruhi oleh ketidak cukupan asupan makanan dan penyakit infeksi. Sedangkan penyebab tidak langsung karena kurangnya ketersediaan pangan pada tingkat rumah tangga, pola asuh yang tidak memadai serta masih rendahnya akses pada kesehatan lingkungan dan perilaku hidup bersih dan sehat. Lebih lanjut masalah gizi disebabkan oleh kemiskinan, pendidikan rendah dan minimnya kesempatan kerja.

 

Di sini bisa dilihat bahwa munculnya kasus gizi buruk ini merupakan tanggung jawab dari multi/lintas sektor. Namun sialnya yang selalu menjadi kambing hitam adalah sektor kesehatan dengan mengabaikan peran sektor lain. Memang benar bahwa tenaga kesehatan di Papua sangatlah kurang, namun bukan hanya itu, tenaga-tenaga ahli lainnya seperti insinyur, guru, dll juga masih sangat kurang. Itu kendala yang pertama.

 

Kendala terbesar lain yang ditemui di papua adalah kondisi medan dan geografisnya. Lokasi untuk menjangkau masyarakat di kampung-kampung dan dusun sangat sulit sekali, di mana harus melewati gunung-lembah, melintasi laut, sungai bahkan rawa-rawa. Makanya kasus gizi buruk sendiri di Papua sebenarnya sudah dari dulu terjadi, bukan hanya pada saat era Pak Jokowi. Hal yang tentunya secara tidak langsung coba diatasi saat ini dengan pembangunan infrastruktur guna membuka akses daerah sulit, bandara-bandara dan pelabuhan yang terus dibangun dan diperbesar, harga BBM satu harga (asal mafia diberantas), tol laut, proyek indonesia terang (tempat tugas saya puskesmas Kota 1 Kabupaten Mappi tahun 2017 akhirnya dialiri listrik setelah 72 tahun Republik ini merdeka), 10% saham Freeport ke pemerintah propinsi dll. Fyi, akses internet di Merauke sekarang ga kalah kenceng sama Depok Dit...

 

Sebagai mahasiswa sebaiknya jangan berkoar-koar yang berlebihan apalagi tanpa mengetahui realita di lapangan. Sementara faktanya bahkan di Depok dan Jakarta saat ini juga masih ditemukan kasus gizi buruk, apalagi Papua? Lantas salah siapa? Mungkin lebih elok kalau mas kuliah dulu yang benar jadilah orang yang ahli dan berkompeten di bidangnya, nanti klo sudah lulus ajak teman-teman yang lain ramai-ramai datang ke papua dan tunjukkan secara nyata kontribusi kalian sesuai kompetensi yang dimiliki. Bukan hanya Raja Ampat doang taunya.

 

Melayani di Papua itu kalau gak pake hati sulit dit, apalagi kalau sekedar money oriented. Pasti bakalan dongkol dan menggerutu dalam bekerja sehari-hari. Terutama bagi tenaga medis yang melayani di pedalaman-pedalaman terpencil Papua, makanya tidak jarang ditemui banyak teman-teman yang tidak betah untuk bekerja dan memilih untuk secepatnya pulang, namun tidak sedikit juga yang bertahan dan akhirnya mencintai Papua.

 

Bukan menakut-nakuti dit, tapi bekerja di pedalaman Papua itu risikonya berat bahkan bisa nyawa taruhannya. Apalagi buat lo yang kulitnya putih dan sedikit berlebih gizinya kalau dilihat di TV. Pelayanan kesehatan dari kampung ke kampung yang jauh jaraknya menggunakan speed boat, long boat, atau perahu sampan di tengah teriknya matahari, derasnya hujan, apalagi ombak. Bahkan kadang berjalan kaki berjam-jam sambil memikul obat dan perlengkapan medis lainnya. Hidup dengan ketiadaan akses sinyal, tanpa listrik PLN, transportasi ke kota yang sulit, BBM seharga kopi setarbak.. Bah lengkap sudah penderitaan, tapi entah kenapa nikmat dit (untuk dikenang).. Dan satu lagi, akses air bersih yang sulit terutama Papua Selatan (Asmat, Mappi, Merauke). Makanya biaya yang digelontorkan baik dari pusat maupun daerah bisa saja kebanyakan habis hanya untuk transportasi. Jangan kaget klo di beberapa pedalaman Papua, mata uang paling kecil itu goceng.

 

Pernah kebayang ga Dit ga mandi air bersih selama berhari-hari? Atau pernah dengar gak sebagian masyarakat di Asmat pada saat kemarau mandinya air aqua?? Hanya di Asmat dit mineral water yang biasa lo minum itu dipake buat ngebilas daki.

 

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya