“Waktu mau bilang ke kondekturnya, saya lihat pintu kereta sudah pada ditutup. Saya agak lari gitu, kereta juga sudah jalan pelan-pelan. Terus, ketemu sama petugas keretanya, ditanyain bahwa kalau mau turun sekarang berani lompat apa, Dik? Saya jawab, tidak berani kalau lompat. Dia bilang, tidak ada-apa mbak ikut kereta dulu, nanti turun di Klaten. Padahal, kereta itu harusnya berhenti di Solo,” bebernya mengaku terbawa kereta.
Tak berselang lama, kondektur lewat. Ia bertanya ada kejadian apa. “Terus, saya kasih tahu ke Pak Kondekturnya, yang ternyata adalah ayah dari teman saya di SMA 7 Yogyakarta. Begitu sampai Klaten, bapaknya nganterin, ikut turun. Saya dianterin ke petugas untuk naik kereta yang ke arah Yogya,” papar Nabila sambil tersenyum.
Menurut dia, pengalaman ini tidak akan pernah terlupakan. “Membantu orang lain itu tanpa harus diminta dan jangan melihat mereka itu siapa, tapi yang paling penting kita juga harus memerhatikan situasi dan kondisi,” ungkap gadis yang aktif di berbagai organisasi dan kegiatan sosial ini.
(Arief Setyadi )