Cerita Aldi Terapung 49 Hari di Laut hingga Selamat Pulang ke Indonesia

Subhan Sabu, Jurnalis
Jum'at 28 September 2018 05:30 WIB
Aldi saat terapung di laut (Foto: KJRI Osaka )
Share :

MANADO - Pagi itu, sekira pukul 07.00 WIB, Sabtu 14 Juli 2018 menjadi hari yang tidak bisa dilupakan oleh Aldi Novel Adilang (18), penjaga lampu di rompong, sejenis rumah rakit di lautan yang digunakan untuk menangkap ikan.

Saat itu, rompong yang dijaga Aldi sedang ditambatkan di laut dekat Pulau Doi, Maluku Utara, bersama rompong-rompong yang lain. Namun, nahas bagi Aldi, akibat cuaca buruk dengan tinggi gelombang mencapai sekira 1 meter serta angin selatan yang bertiup kencang membuat tambatan tali rompong Aldi pun putus.

Akibatnya, Aldi bersama rompongnya hanyut. Namun, Aldi sempat berkomunikasi dengan teman-temannya sesama penjaga rompong yang langsung memberitahukan ke petugas pangkalan dua serta pimpinan tempat Aldi bekerja terhadap peristiwa yang menimpa Aldi.

 

Aldi sebenarnya masih bisa diselamatkan sebelum hanyut lebih jauh. Petugas pangkalan dua yang melakukan pencarian sempat menemukannya, sayang akibat cuaca buruk membuat perahu petugas pangkalan dua kesulitan mendekati rompong Aldi.

"Mereka tidak sampai karena saat itu angin kuat dan hanya menggunakan perahu kecil, jadi mereka takut jangan sampai perahu terbalik," ujar Aldi saat ditemui okezone di rumahnya.

Lewat komunikasi menggunakan radio Handy Talkie (HT) Aldi menyarankan petugas pangkalan dua untuk berbalik arah saja, tidak usah mengejarnya jangan sampai perahu yang ditumpangi petugas pangkalan dua terbalik.

"Jadi, mereka hanya sampai di rakit teman tidak lagi mengejar saya," kata Aldi.

Rompong Aldi pun kian hanyut sampai ke tengah lautan. Warga RT 1, Desa Lansa, Kecamatan Wori, Kabupaten Minahasa Utara itupun hanya bisa pasrah terhadap nasib yang menimpanya. Selama seminggu hanyut, Aldi bertahan hidup dengan persediaan bahan makanan yang ada dalam rompong.

"Bahan makanan yang ada sejak pertama tali putus hanya bertahan seminggu, selanjutnya saya memancing ikan terus, pernah makan ikan mentah, ikan bakar, ikan rebus," tutur Aldi.

Selain ikan mentah Aldi minum air laut yang diperasnya dengan menggunakan kaos miliknya dan juga dari air hujan yang ditampungnya.

 

Sebelum Aldi ditemukan oleh kapal berbendera Panama pada 31 Agustus 2018, banyak kapal-kapal yang lewat, dari setiap kapal yang lewat Aldi selalu meminta pertolongan, namun sayangnya tidak mendapat respons. Lucunya penyebab tidak adanya respons karena Aldi meminta pertolongan lewat Handy Talkie (HT) dengan menggunakan Bahasa Indonesia.

"Panggil kapal itu lewat HT, teriak tolong tapi tidak ada respons, mungkin karena beda bahasa," ucap Aldi sembari tertawa.

Untungnya saat kapal berbendera Panama lewat, Aldi teringat pesan temannya yang mengatakan kalau ada kapal besar lewat teriak saja HELP, Aldipun menerapkannya dan berhasil, kapal yang sudah melewati Aldi sejauh 1 Mil itu akhirnya berbalik arah. Sebelumnya teriakan Aldi tidak mendapat respon karena hanya meneriakkan kata tolong dan melambaikan kaos ke kapal tersebut.

Sampai di atas kapal, bahasa lagi-lagi jadi kendala bagi Aldi untuk berkomunikasi dengan para ABK, sehingga untuk berkomunikasi Aldi hanya menggunakan bahasa isyarat dengan gerakan tangan.

"Mereka pakai bahasa Inggris, saya hanya menggunakan gerakan tangan, dan mereka mengerti," tawa Aldi.

Setelah berhasil diselamatkan, pemuda yang pada 30 September 2018 nanti genap berusia 19 tahun ini masih harus menempuh perjalanan selama satu minggu menuju Jepang bersama kapal tersebut. Selama seminggu dalam kapal, lagi-lagi bahasa jadi kendala bagi Aldi untuk berkomunikasi. Para ABK yang ingin berbicara dengan Aldi harus menggunakan handphone.

"Masing-masing pegang handphone, jadi kalau bicara karena saya tidak mengerti jadi menggunakan google translate," jelas Aldi.

 

Pada 6 September 2018 Aldi sampai di Osaka, Jepang, namun Aldi belum bisa turun dari Kapal karena belum mendapatkan izin dari Pemerintah Jepang. Tanggal 7 September Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Osaka di Tokuyama, Prefektur Yamaguchi, Jepang mendatangi Aldi.

"Dari Kedutaan bilang untuk bersabar karena masih akan mengurus izin dari pemerintah Jepang, kalau tidak dapat surat izin dari pemerintah Jepang untuk turun dari kapal, kemanapun kapal ini berangkat, saya harus ikut," terang Aldi.

Beberapa jam kemudian, surat izin Aldi selesai diurus dan Aldi pun bisa turun dari Kapal dan langsung dibawa ke Tokyo menggunakan kereta api dengan waktu tempuh 6 jam lamanya. Sampai di Tokyo Aldi masih menginap semalam di hotel sebelum diberangkatkan ke Jakarta.

"Selama dalam kereta itu video call dengan keluarga di Manado pakai hpnya dari kedutaan, selama video call tidak ada cerita, yang ada hanya menangis, karena baru liat wajah orangtua semua, namun karena tidak boleh ribut dalam kereta, telefon diputus dan dilanjutkan lagi video call di hotel," lanjut Aldi

Sampai di Jakarta Aldi masih menginap lagi semalam di Hotel sebelum diterbangkan ke Manado. Tanggal 9 September 2018 Aldi tiba dengan selamat di Manado dan kini sudah berkumpul kembali bersama keluarganya. Dengan peristiwa yang dialaminya hanyut di laut hingga 49 hari itu membuat Aldi kapok dan tidak mau melaut lagi.

(Arief Setyadi )

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya