SEBELUM menjadi Presiden perempuan pertama Chile, Michelle Bachelet melarikan diri dari negara yang sedang di bawah kepemimpinan diktator Augusto Pinochet ketika masih remaja dan meminta suaka politik di Australia.
Dalam wawancara dengan program The World ABC, Bachelet mengatakan pengalamannya mendapatkan suaka di tahun 1975 tersebut sangat berbeda dengan apa yang dialami para pengungsi yang ditahan di Manus Island dan Nauru sekarang.
Setelah Australia, Bachelet pernah tinggal di Jerman selama beberapa waktu sebelum kembali ke Chile dan kemudian terpilih menjadi Presiden dua kali.
Diantara dua kali masa jabatan Presiden Chile tersebut, Bachelet menjadi direktur eksekutif pertama lembaga keperempuanan PBB, UN Women.
Tahun 2018, dia terpilih sebagai Komisioner Tinggi PBB urusan Hak Asasi Manusia mengambil alih tugas dari Pangeran Yordania Zeid Raad Al Hussein.
Jabatan ini banyak mendapat kritikan karena dianggap tidak bergigi, namun Bachelet mengatakan bagian dari tugasnya adalah 'menjadi suara bagi mereka yang tidak memiliki suara."
Dalam wawancara pertama dengan media Australia sejak menduduki jabatan tersebut, Bachelet berbicara antara lain mengenai ketika menjadi orang-orang pertama yang menjadi pengungsi politik di Australia.
Dia juga berbicara mengenai perannya sebagai Komisioner HAM, dan juga mengenai perdebatan di Canberra sekarang ini berkenaan dengan rencana pemindahan kedutaan Australia dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Inilah beberapa cuplikan dar perbincangannya dengan ABC.
Menjadi pengungsi politik di Australia - ketika itu
"Saya benar-benar mendapat perlakuan baik dan merasa diterima. Saya kira Australia memiliki penduduk sedikit dan memerlukan lebih banyak orang. Saya tidak banyak ingat mengenai situasi pengungsi saat itu. Kami hanya diberitahu bahwa kami adalah pengungsi politik pertama di Australia yang diterima — ini terjadi di tahun 1975. Apa yang dilakukan Australia pada saat itu adalah membuka pintu bagi migran."
Dan sekarang?
"Posisi baru dengan pengurusan pengungsi di luar Australia di Manus Island dan Nauru adalah sesuatu yang baru sama sekali dan berbeda dengan apa yang saya alami dulu. Dan saya sudah mendapat banyak masukan bahwa ini tidaklah sesuai dengan hukum internasional dan konvensi PBB mengenai pengungsi. Saya berharap dan mendorong pemerintah Australia untuk memastikan hak asasi semua migran dilindungi."