"Kayaknya pemerintah masih wait and see, karena rata-rata negara-negara Islam di dunia belum banyak bersuara," ujarnya seraya meyakini bahwa Indonesia akan mengambil jalan soft diplomacy untuk merespons kasus etnis Uighur.
Dari pengamatannya, langkah soft diplomacy itu ditempuh untuk menghindari balasan pemerintah China yang justu akan merugikan ekonomi Indonesia, yakni embargo.
Ini melihat besarnya investasi yang ditanam di dalam negeri. Merujuk pada data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi dari China pada periode Januari-September 2018 mencapai USD1,8 miliar.
"Mungkin saja akan diembargo. Secara global, ketergantungan terhadap China besar. Bukan hanya negara-negara Islam, tapi Afrika sendiri tergantung pada China. Jadi di luar masalah kemanusiaan, kalkulasi politik menjadi pertimbangan untuk memberi respons. Karena pernyataan apapun kan pernyataan politik," ungkapnya.