Bagaimana Sepertiga Populasi Kelelawar di Australia Mati dalam Waktu Dua Hari

Agregasi BBC Indonesia, Jurnalis
Kamis 17 Januari 2019 18:43 WIB
Banyak kalong kacamata yang mati di Cairns, Queensland. (Foto: David White)
Share :

Upaya perlindungan

Para peneliti sudah sejak lama khawatir dengan keberlangsungan hidup kalong kacamata.

Populasinya telah berkurang lebih dari setengahnya dalam satu dekade terakhir, kata Dr David Westcott, yang mengetuai Program Pemantauan Kelelawar Nasional.

Di masa lalu, kematian massal suatu populasi sering dikaitkan dengan siklon. Namun, beberapa tahun belakangan ini, gelombang panas telah menjadi ancaman yang besar, kata Westcott.

"Kami sangat khawatir. Telah terjadi penurunan populasi untuk spesies yang tidak mengalami ancaman apapun di luar masalah cuaca," katanya kepada BBC.

Sebelum gelombang panas di bulan November, para ahli konservasi melobi pemerintah Australia untuk mengubah klasifikasi spesies kelelawar itu dari status "rentan" ke "dalam bahaya"- sebuah upaya yang diyakini dapat memperkuat usaha untuk menyelamatkan hewan tersebut.

Secara global, spesies kalong kacamata masuk dalam kategori hewan yang diberi kategori "berisiko rendah" (least concern) oleh Kelompok konservasi terkemuka dunia, International Union for the Conservation of Nature ( IUCN). Status itu diberikan kepada hewan yang tidak termasuk ke dalam spesies terancam atau mendekati terancam punah.

Para peneliti khawatir bahwa antipati ini akan menghalangi upaya konservasi. Keengganan ini mungkin muncul karena banyak orang yang takut akan terjangkit penyakit dari kelelawar. Beberapa pihak juga merasa suara kelelawar terlalu berisik.

Minggu ini, saat terjadi gelombang panas di New South Wales, pemerintah mengingatkan orang-orang untuk tidak mendekati kelelawar karena agresivitas binatang itu.

"Kelelawar dianggap sebagai tikus yang terbang di langit, jadi upaya untuk pelestariannya sangat sulit," kata Westcott.

"Kamu dapat melihat orang-orang yang malah senang saat melihat kalelawar bergeletakan di tanah saat gelombang panas."

(Rahman Asmardika)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya