Dia tak setuju jika ada orang yang tak menentang Valentine karena alasan agama, maka bertindak berlebihan atau beranggapan buruk terhadap mereka yang merayakannya.
“Kalaupun tujuannya untuk mengingatkan dan berlandaskan agama, enggak perlu dengan cara nyinyir atau menjudge orang lain, ingatkan lah dengan cara yang baik,” ujarnya.
Arina Ristahanta (23) menganggap Valentine sama dengan hari lainnya. “Untuk mengucapkan rasa saya kita bisa lakukan setiap hari dalam hidup ini,” kata karyawan swasta di Jakarta itu.
Namun, Arini tak setuju jika Valentine dianggap sebagai hari penyebaran HIV dan AIDS, seperti stigma sebagian masyarakat.
“Saya merasa stigma tersebut salah dan hanya sebuah anggapan buruk bagi orang-orang yang membenci Valentine. Semuanya balik lagi kepada persepsi masing-masing individu dalam menganggap Hari Valentine,” ujarnya.
Menurut Muhammad Tarmidzi (21), Duta GenRe DKI Jakarta Jalur Pendidikan Putra 2018, Valentine hanya bagian perayaan simbolik yang tidak perlu diperdebatkan.