"Kalau nanti di Indonesia dipraktikkan dan berhasil maka akan jadi rule model. Itu menjadi ancaman demokrasi dan peradaban," katanya.
Peneliti LSI Denny JA, Adjie Alfaraby mengatakan, jurang selisih elektabilitas Jokowi-Ma'ruf Amin dan Prabowo-Sandiaga Ini cukup tinggi hingga double digit di atas 15 persen. Hal itu merujuk dari survei sejumlah lembaga kredibel.
"Saya melihat secara elektabilitas kedua capres yang selisihnya double digit, di atas 15 persen," katanya.
Sementara pengamat Intelijen dan Keamanan, Stanislaus Riyanta mengatakan, perolehan suara Capres-Cawapres secara nasional masih rendah. Ia menggangap akan menjadi pintu masuk dan dimanfaatkan oknum untuk membuat kegaduhan.
"Kalau selisih perolehan suaranya tipis rawan gugatan ke MK," katanya.