Melihat Nasib Pendidikan 12.000 Anak Indonesia di Sabah dan Sarawak

Ade Putra, Jurnalis
Minggu 17 November 2019 23:30 WIB
ilustrasi
Share :

KJRI juga sedang mendorong kerjasama dengan pemerintah daerah perbatasan untuk mendirikan sekolah berasrama di perbatasan. Hal itu juga akan mempermudah orang tua untuk menjenguk anaknya. Karena rata-rata PMI enggan melepaskan anaknya untuk pergi jauh.

"Saat ini anak-anak yang ingin melanjutkan ke tingkat SMP bisa namun tidak resmi. Kedepannya akan dicobakan untuk kerjasama dengan pihak pemerintah provinsi dan kementrian terkait untuk membangun sekolah di perbatasan yang memiliki asrama," ujar Yonny Tri Prayitno.

Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kuala Lumpur, Mokhammad Farid Maruf menambahkan, KBRI Kuala Lumpur bertugas memfasilitasi akses pendidikan bagi anak Indonesia baik di wilayah Semenanjung atau Sabah, Sarawak. Namun, wilayah yang baru mendapatkan izin dari pemerintah Malaysia yakni baru di Sabah dan Sarawak.

"KBRI sebagai fasilitator bersama Kemendikbud. Kemendikbud yang mengirimkan guru-guru ke wilayah Sabah dan Sarawak dalam satu tahun sekitar 300 orang. Kemudian untuk guru pamong yakni orang Indonesia yang berada di Malaysia yang sebelumnya tidak menjadi guru ada sekitar 400 orang. Terhadap guru pamong tersebut KBRI Kuala Lumpur terus memberikan pelatihan," tutur Farid.

KBRI Kuala Lumpur, sambungnya, saat ini sedang mengusahakan perizinan sekolah untuk anak Indonesia di wilayah Semenanjung, Malaysia. Pemerintah Malaysia belum memberikan izin untuk aktivitas seperti CLC di wilayah Semenanjung. "Tetapi Kementerian Pendidikan Malaysia secara umum memberikan dukungan," ujarnya.

Total CLC di wilayah Sabah dan Sarawak berjumlah 370. Dengan siswa sekitar 12.000 jiwa. Jumlah tersebut tidak pernah mengalami penurunan setiap tahunnya. Ada juga yang mengikuti program Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) atau program kejar paket yang diikuti sekitar 12.000 hingga 14.000 orang. Jadi total sekitar 27.000 jiwa yang bersekolah di jenjang SD dan SMP di wilayah Sabah dan Sarawak.

Setelah lulus SMP, siswa tersebut akan direpatriasi ke Indonesia. Pada Agustus lalu KBRI Kuala Lumpur telah mengirimkan 620 siswa untuk masuk sekolah di Indonesia. 500 diantaranya bahkan mendapatkan beasiswa dari Kemendikbud. Kemudian sisanya akan dicarikan beasiswa di yayasan.

Kemudian setelah lulus SMA di Indonesia, siswa anak PMI tersebut ada beasiswa khusus Afirmasi Dikti. Pada tahun ini ada 120 anak yang lolos di perguruan tinggi. Ditambah dengan yang memperoleh beasiswa bidikmisi sekitar 148 siswa.

"Beberapa siswa alumni CLC ada juga yang mendapatkan beasiswa ke China, sekolah pilot, pramugari. Anak-anak alumni CLC juga diakui memiliki daya juang tinggi jika dibandingkan dengan siswa lokal," ujarnya.

Pada intinya, kata Farid, endidikan akan selalu menjadi pekerjaan rumah bagi KBRI Kuala Lumpur karena jumlah siswa akan terus bertambah. "Kenyataannya kebanyakan pekerja tidak memiliki dokumen sehingga enggan menyekolahkan anaknya," tutup dia.

(Khafid Mardiyansyah)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya