KEFAMENANU – Jumlah kematian babi ternak di wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur, hingga kini terus bertambah. Sebelumnya 120 sekarang menjadi 440 ekor. Jumlah itu tersebar di wilayah kecamatan perbatasan antara NTT dengan Timor Leste.
Dinas peternakan setempat pun belum mengetahui penyebab kematian babi secara mendadak itu.
"Iya sesuai data laporan dari masyarakat memang sudah mencapai 440 ekor. Kita belum mengetahui penyebab kematian ratusan babi tersebut," ungkap Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Timor Tengah Utara Fransiskus Fay, Kamis 27 Februari 2020.
Ia menjelaskan, pihaknya telah mengantongi data terkait adanya wabah yang menyerang babi ternak di sejumlah kecamatan di TTU. Di antaranya Kecamatan Biboki Anleu, Insana Utara, Insana Fafinesu, Bikomi Utara, Bikomi Selatan, dan Kecamatan Kota Kefamenanu.
Dia menambahkan, petugas bersama Tim Dinas Peternakan Provinsi NTT sedang mengambil sampel darah babi di Desa Wini, Kecamatan Insana Utara.
"Diketahui jumlah kematian babi secara mendadak terbanyak adalah di Wini, Kecamatan Insana Utara," ungkapnya.
Sampel darah yang diambil oleh tim dokter hewan dari Dinas Peternakan NTT berasal dari delapan peternakan babi dengan jumlah 20 ekor. Nantinya sampel darah itu dikirim ke Balai Veteriner Medan, Sumatera Utara, untuk diteliti.
Kuat dugaan wabah tersebut disebabkan virus ASF atau demam babi afrika. Sejumlah babi ternak yang dilaporkan mati menunjukkan gejala sama yakni demam tinggi, muntah, diare, munculnya bintik-bintik perdarahan (eritema) di kulit atau daun telinga babi, kehilangan nafsu makan, hingga kematian.
(Hantoro)