WASHINGTON - Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman membantah tuduhan bahwa dirinya telah mengirim regu pembunuh untuk menghabisi nyawa seorang mantan perwira intelijen Saudi.
Dalam sebuah gugatan di pengadilan Amerika Serikat, Saad al-Jabri, perwira intelijen itu mengklaim upaya pembunuhan itu terjadi di Kanada, di mana dia melarikan diri tiga tahun lalu. Jabri mengatakan Sang Putra Mahkota menginginkannya mati karena dia tahu terlalu banyak.
BACA JUGA: Mantan Mata-Mata Saudi Klaim Putra Mahkota MBS Kirim Pasukan Pembunuh ke Kanada
Jabri menggugat putra mahkota berdasarkan undang-undang Alien Tort dan Undang-Undang Perlindungan Korban Penyiksaan 1991, yang memungkinkan warga negara asing untuk mengajukan pengaduan di AS atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia.
Laporan setebal 106 halaman, yang diajukan di Washington DC itu, tidak menyertakan bukti, dan menuduh MBS, julukan, untuk Mohammed bin Salman, berusaha membunuh Jabri untuk membungkamnya.
Mantan agen intelijen Saudi berusia 61 tahun itu selama bertahun-tahun adalah perantara kunci untuk MI6 Inggris dan agen mata-mata Barat lainnya di Arab Saudi.
BACA JUGA: Pangeran Saudi: Pembunuhan Jurnalis Khashoggi Terjadi di Bawah Pengawasan Saya
Jabri mengatakan bahwa dia memiliki "informasi yang memberatkan" MBS. Menurut dokumen tersebut, informasi itu termasuk dugaan korupsi dan mengawasi tim tentara bayaran pribadi berlabel Tiger Squad (Pasukan Harimau).
Namun, MBS, panggilan untuk Putra Mahkota, mengatakan Jabri berusaha menyembunyikan kejahatannya sendiri. Dia balik menuduh Jabri dan rekan-rekannya mencuri uang negara hingga USD11 miliar.
"Cacat dalam pengaduan ini begitu jelas dan begitu dalam sehingga hanya dapat dianggap sebagai upaya untuk mengalihkan perhatian dari pencurian besar-besaran penggugat," kata pengajuan pengadilan tersebut sebagaimana dilansir BBC.