PBB: Hari Paling Berdarah di Myanmar, 50 Orang Tewas, Aparat Gunakan Peluru Tajam

Agregasi BBC Indonesia, Jurnalis
Kamis 04 Maret 2021 06:53 WIB
aksi demonstrasi anti-kudet militer di Myanmar (Foto: Reuters)
Share :

YANGONPerserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menggambarkan aksi demonstrasi anti-kudeta militer sebagai "hari paling berdarah" pada Rabu (3/3) sejak kudeta terjadi sebulan lalu.

Sedikitnya 38 orang meninggal di Myanmar yang terhitung hingga Rabu (03/03), dalam rangkaian bentrokan demonstrasi anti-kudeta militer antara aparat keamanan dan demonstran.

Utusan khusus sekjen PBB untuk Myanmar, Christina Schraner-Burgene, mengatakan, hari Rabu (3/3) adalah hari yang paling berdarah.

"Hari ini adalah hari yang paling berdarah sejak kudeta militer pada 1 Februari," kata Schraner Burgener.

Menurutnya, sedikitnya 50 orang telah tewas "dan banyak lainnya terluka" sejak kudeta dimulai.

Dia juga mengatakan sepertinya pasukan keamanan menembak dengan peluru tajam.

(Baca juga: Pandemi Covid-19 Picu Diskriminasi Anti-China di Australia)

"Satu video menunjukkan seorang pengunjukrasa diambil lalu ditembak dari jarak dekat oleh aparat keamanan. Mungkin sekitar satu meter. Sepertinya korban ini meninggal dunia," ungkapnya.

Dia kemudian meminta pendapat ahli senjata, yang disebutnya "membenarkan bahwa polisi menggunakan senjata organik dan mereka menggunakan peluru tajam".

Demonstrasi massal dan aksi pembangkangan sipil terjadi di seluruh Myanmar sejak militer merebut kendali.

Para pengunjuk rasa telah menyerukan pembebasan para pemimpin pemerintah terpilih, termasuk Aung San Suu Kyi, yang digulingkan dan ditahan dalam kudeta tersebut.

Mereka juga mendesak diakhirinya kekuasaan militer.

(Baca juga: Diduga Kemas Ulang Masker Buatan China, Perusahaan Ini Diperiksa)

Kekerasan terbaru terjadi sehari setelah negara-negara tetangga Myanmar mendesak agar militer untuk menahan diri.

Laporan-laporan dari Myanmar menyebutkan bahwa pasukan keamanan menembaki kerumunan massa di sejumlah kota, termasuk Yangon, dengan sedikit peringatan terlebih dahulu.

Save the Children melaporkan dua anak laki-laki, berusia 14 dan 17 tahun, termasuk di antara mereka yang tewas.

Seorang perempuan berusia 19 tahun juga dikatakan termasuk di antara korban yang tewas.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya