Kisah Pilu Serdadu Penjajahan Jepang Perkosa Gadis-Gadis Dijadikan Jugun Ianfu

Doddy Handoko , Jurnalis
Jum'at 05 Maret 2021 06:32 WIB
Ilustrasi Jugun Ianfu. (Foto: Dok BBC)
Share :

PRAMOEDYA Ananta Toer membuat buku berjudul "Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer". Buku ini semacam surat yang ditulis oleh Pramoedya kepada para perawan remaja masa depan untuk menceritakan bahwa dahulu ada tragedi yang memilukan, menyuramkan dan menakutkan yang tak boleh terjadi di masa mendatang.

Di masa penduduk Jepang tahun 1943, pemerintah Balatentara Penduduk Dai Nippon telah memperkosa gadis-gadis Indonesia dan mengambil mereka tanpa sepengetahuan dan seizin orang tua mereka.

Tanpa mereka ketahui para gadis yang berusia 14-20 tahun dibawa dengan iming-iming untuk belajar ke Tokyo atau Singapura oleh pemerintah Jepang. Ternyata pada kenyataannya hanya dijadikan pelacur atau gadis penghibur, dikenal dengan sebutan Jugun Ianfu. Mereka tidak lebih hanya sebagai pemuas nafsu birahi tentara Jepang. Kehormatan dan masa depan mereka terampas.

Setelah Jepang menyerah pada sekutu dan meninggalkan Indonesia, mereka ingin pulang ke kampung halaman. Beban moral yang berat harus mereka tanggung terlebih rasa malu yang membuat mereka tidak berani pulang. Mereka ada yang dibuang dan tinggal di Pulau Buru.

Wartawan senior, Peter Rohi pernah melacak sisa-sisa Jugun Ianfu itu. Ia melacak nama-nama dalam buku Pram semua sudah meninggal.

Baca juga: Kisah Limun Soda dan Air Belanda Klaasesz Tjap Koetjing dari Semarang

"Akhirnya dengan bantuan sahabat Jalil Latuconsina kami mnenemukan nama-nama lain yang tidak disebutkan dalam buku Pram," kata Peter dalam sebuah wawancara. 

Dikemukakan Peter, bahwa hasil investigasinya mencatat sekitar 20 anak remaja dari Jawa, umumnya para putri ambtenar berpendidikan Schachel shool dan seorang putri dari Korea sebagai Jugun Ianfu yang tertinggal ketika tentara Jepang dilucuti Sekutu 1945. 

Perempuan itu disembunyikan ke lereng Gunung Rana melalui jalan sungai, tetapi di sana mereka disergap suku primitif dan dibagi-bagikan pada kepala suku.

Satu di antara mereka bernama Nya Sengker, menceritakan mereka diangkut dengan kapal dari Semarang tahun 1943 dengan tujuan Tokyo. Mereka dijanjikan akan disekolahkan untuk menajdi perempuan pembangun Nusantara kelak sesudah merdeka. 

Ternyata di tengah laut mereka dibelokkan ke Jailolo di Pulau Halmahera. Dari sana mereka dibagi ke pulau kecil, tempat pertahanan Jepang. 

Yang paling kontroversi adalah Nya Sembar, yang bernama asli Sitti Fatimah, putri Wakil Wedana Subang. R. Singadikarta sejak awal memang tidak mau pulang agar tidak memberi aib pada keluarga. Tetapi ia berpesan pada putra satu-satunya yang bernama Selang (Syarif), agar mencari keluarganya di Subang.

Baca juga: Kisah Nama Batavia Lahir dari Serdadu VOC Mabuk dan Java Bier "Untuk Orang Kuat"

"Asal mereka ingat mama, dan tidak malu mengakui mama," kata Selang mengulangi pesan ibunya.

Mengutip kisah ibundanya, Selang mengatakan mama sebenarnya tidak mau ikut Jepang, tapi Jepang mengancam akan membunuh Sang Wakil Wedana dan dua saudara laki-nya. “Akhirnya tak ada pilihan bagi mama, selain mengikuti Jepang untuk menyelamatkan Ayah dan dua saudaranya,” kata Selang.

Dalam tulisan "Prostitusi di Jakarta Dalam Tiga Kekuasaan, 1930 – 1959: Sejarah dan Perkembangannya " oleh Lamijo, disebutkan selama Jepang menduduki Indonesia, secara fisik dapat dikatakan bahwa Jakarta sama sekali tidak mengalami perkembangan, namun prostitusi dan komersialisasi seks terus berkembang selama pendudukan Jepang.

Pada masa pendudukan Jepang inilah disinyalir terjadi eksploitasi dan kekerasan seksual terhadap perempuan dan juga ada jaringan perdagangan perempuan untuk dijadikan pelacur. 

Indikasi ini terkait dengan banyaknya perempuan yang tertipu atau dipaksa memasuki dunia prostitusi. Bangsa Jepang menawarkan pendidikan dan kehidupan yang lebih baik di Tokyo atau kota-kota Indonesia lainnya kepada sejumlah perempuan.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya