Kisah Mendebarkan Jurnalis Perang Berkelana Keliling Dunia 12.000 Km dengan Berjalan Kaki

Agregasi BBC Indonesia, Jurnalis
Kamis 08 April 2021 06:16 WIB
Paul Salopek. (Foto: National Geographic)
Share :

Itu adalah kesengsaraan manusia dan masalahnya sangat besar sehingga hanya sedikit yang dapat melihatnya secara langsung. Pemerintah tentu saja tidak melihatnya; [mereka] masih berpegang pada rencana Inggris pada abad ke-19 untuk mengubah rute seluruh sungai. Semoga beruntung dengan itu.

Seperti yang dikatakan rekan perjalanan saya, fotografer lingkungan yang luar biasa, Arati Kumar-Rao, tempat itu disangkal besar-besaran.

Pada tingkat manusia, India adalah tempat yang sangat menyenangkan untuk berjalan-jalan. Itu karena jutaan orang masih melakukannya. Para petani meninggalkan tempat air minum dari tanah liat di pinggir jalan agar para pejalan kaki bisa meminumnya, dan beberapa masyarakat masih memiliki dharamshala, atau wisma bagi peziarah. Bisingnya lalu lintas di India masih menggema di telinga saya.

T: Mendokumentasikan perjalanan Anda adalah bagian penting dari proses tersebut. Bagaimana Anda merekam dan membagikan apa yang Anda lihat, dan apa yang Anda ingin wariskan dari perjalanan Anda?

Saya menulis tulisan yang dikirim seminggu atau dua minggu sekali, dan orang-orang yang berjalan dengan saya - rekan perjalanan dalam proyek - juga menyumbangkan kisah mereka sendiri.

Sebagian besar materi ini muncul di situs National Geographic. Ada tonggak sejarah yang saya catat setiap 160 km sepanjang perjalanan saya. Ada peta naratif. Ada galeri foto dan video.

Editor saya menghitung bahwa produktivitas saat ini, perjalanan berada di jalur yang tepat untuk menghasilkan jutaan kata teks. Rekan perjalanan saya dan saya juga melakukan lokakarya selama perjalanan dalam "jurnalisme lambat".

Saya pikir, misi pendidikan akan menjadi warisan perjalanan yang sebenarnya. Tidak ada yang membuat saya lebih bahagia daripada meninggalkan masyarakat pendongeng multikultur yang bijaksana. Dengan cara itu, perjalanan berlanjut melalui orang lain lama setelah saya gantung sepatu di Tierra del Fuego.

T: Dunia adalah tempat yang menakjubkan. Bisa ceritakan tentang beberapa hal yang membuat Anda jatuh cinta dengan planet kita saat Anda berkelana?

Saya pikir berjalan mengajarkan tentang dunia dengan cara yang ideal. Cakrawala bisa diraih. Anda hidup dalam keterbatasan tubuh Anda - menandai tiap kemajuan dnegan panjang langkah Anda. Itu membuat Anda membumi, rendah hati. Seperti banyak hal baik dalam hidup kita - cinta, persahabatan, makanan, percakapan - kelambatan itu penting.

Ada semacam ritual harian. Anda bangun, minum secangkir teh, mengemasi ransel dan melanjutkan perjalanan. Saat matahari terbenam Anda melakukan proses ini secara terbalik, menikmatinya.

Berkelana mengingatkan Anda kembali dengan upadara kedatangan dan keberangkatan yang terlupakan. Ini adalah ritual harian yang telah dilenyapkan oleh transportasi bermotor, kecepatan, jadwal. Dan Anda bangun di setiap pagi tanpa tahu di mana Anda akan tidur selanjutnya, namun dengan arah yang stabil dalam hidup timur: ke timur.

Anda mengalami kontinuitas dalam hidup yang menurut saya pasti merupakan keadaan awal kita. Dunia berlalu, jam biologis anda berapa di antara kewaspadaan dan lamunan.

T: Tantangan apa yang Anda hadapi dalam merencanakan rute Anda? Dan kemana tujuan Anda selanjutnya?

Sekitar 60.000 hingga 70.000 tahun yang lalu, ketika manusia modern pertama mulai keluar dari Afrika, rintangan utamanya adalah gurun atau lautan atau lapisen es. Bagi saya, rintangan terbesar saat ini adalah buatan - batasan politik. Saya tak bisa mendapatkan bisa untuk melakukan perjalanan di Iran atau Turkmenistan, dua negara yang merupakan pusat penting dari migrasi dan budaya manusia. Saya berjalan mengitari dua negara itu.

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya