Namun justru liburan itu yang dimaksud dan hakim mulai mengeluarkan perintah kepada petugas urusan anak dan jaksa agar menyiapkan bayi bisa pindah dari rumah asuh dalam dua hari.
Di rumah, Pete minta bantuan keluarganya. Mereka sudah diberi tahu soal rencana adopsi dan langsung beri dukungan.
"Saya bilang kami akan menamai dia Kevin, dan ibu mulai menangis karena dulu pernah melahirkan seorang anak sebelum saya tetapi meninggal dunia dan mereka menamai bayi itu Kevin," kata Pete.
"Jadi terasa janggal bayi Kevin kembali lagi ke mereka, kali ini sebagai cucu dari anaknya yang gay."
Cuma dua hari untuk bersiap, mereka pun langsung gerak cepat. Keluarga Pete pergi ke toko-toko untuk membeli semua kebutuhan untuk bayi.
Danny dan Pete mulai membaca-baca buku soal mengasuh bayi, termasuk yang berjudul "What to Expect When You're Expecting."
Apartemen mereka pun langsung diubah layaknya kamar bayi dengan kotak-kotak popok di mana-mana dan sebuah ranjang bayi.
Pada Jumat 22 Desember pukul 09:00 pagi, Danny dan Pete menjemput Kevin dari rumah asuh. Mereka langsung memakaikan dia selimut dan bersama-sama pulang ke apartemen dengan kereta bawah tanah.
"Saat itu mulai turun salju," kata Danny. "Jadi suasananya terasa lebih magis."
Bertiga saja sebagai keluarga di malam itu, mereka menikmati saja atas semua yang telah terjadi.
"Saya rasa ini baru kali pertama kita menghela napas," kata Danny. "Saya ingat betapa mengagumkannya bahwa momen ini benar-benar jadi kenyataan."
Kevin tertidur lelap di dada Pete, meneteskan air liur.
Rencana hakim sebenarnya adalah Kevin bisa bersama mereka selama libur Natal saja lalu pulang ke rumah asuh. Namun, Danny dan Pete bertanya apakah bisa bayi Kevin tetap tinggal bersama mereka.
Pada 27 Desember, petugas urusan anak menelpon sambil membawa kabar baik. Kevin tetap dibolehkan bersama mereka sambil urusan administrasi diselesaikan.
Pengadilan urusan Keluarga di Manhattan berlokasi dekat kompleks Ground Zero, lokasi utama serangan teroris 9/11 pada September 2001. Itu sebabnya proses adopsi tertunda, namun akhirnya bisa dituntaskan pada 17 Desember 2002.
Danny, Pete, dan Kevin langsung bisa bersama-sama hidup sebagai keluarga.
Danny ingat bagaimana Kevin suka dengan buku. Tiap malam mereka membacakan dongeng atau bernyanyi hingga dia tidur sambil kepalanya dibelai.
Pete lalu membuat buku cerita bergambar soal bagaimana Kevin ditemukann, lengkap dengan hiasan gambar. Saat Kevin berusia tiga atau empat tahun, Pete dan Danny membacakan buku itu setiap malam sebelum tidur.
"Itu buku favoritnya," kata Pete.
"Ada kalanya kami beberapa kali membacakannya. Sering kali Kevin terlihat membolak-balik halaman buku itu sambil mengeja kata-kata yang dia ingat. Itu adalah hal termanis untuk dilihat di dunia."
Pete mengungkapkan bahwa selama hampir setahun Kevin tidak tahu bahwa buku itu menceritakan asal-usulnya. Tapi begitu tahu, dia sangat bangga dan senang hingga suatu saat memamerkannya di sekolah.
Kevin juga penasaran untuk mengetahui siapa keluarga biologisnya.
"Setiap kita pergi ke luar, dia akan dan selalu melihat ke orang-orang di jalan yang kita lewati atau saat di restoran. Dia lalu menunjuk, 'Perempuan di sana itu punya warna kulit yang sama denganku,'" kata Pete.
"Tapi dia tidak pernah stres soal itu dan kemudian hilang begitu saja. Dia tidak pernah benar-benar mengungkitnya."
Saat berusia 10 tahun, Kevin berjalan ke sekolah saat "Papa Pete" bertanya apa pendapatnya saat dia dan "Ayah Danny" berbincang-bincang kemarin malam.
Saat itu tahun 2011 dan New York menjadi negara bagian keenam di AS yang melegalkan pernikahan gay.
Meski Danny bilang dia dan Pete sudah "otomatis menikah," namun perkembangan itu membuatnya jadi resmi.
Kevin senang mendengarnya dan berbalik bertanya kepada Pete, "Apakah hakim menikahkan orang?"
Ini akhirnya jadi inspirasi sehingga Pete mengirim email ke Pengadilan Urusan Keluarga di Manhattan untuk bertanya apakah hakim yang sama - yaitu Hakim Cooper - bisa meresmikan pernikahan itu.
Dua jam kemudian mereka dapat surel balasan, hakim ternyata bersedia dengan senang hati.
Pada pertemuan pertama, dia mengaku pernah terlibat dalam proyek rintisan menitipkan bayi-bayi yang ditelantarkan ke rumah-rumah asuh pra-adopsi. Dia memiliki wewenang untuk "mempercepat proses itu."
"Hakim juga mengatakan bahwa semua bayi perlu hubungan dengan seseorang. Dan begitu Danny memberi kesaksian di ruang pengadilan soal penemuan bayi itu, di benak hakim langsung teringat kepada Danny, jadi mengapa tidak langsung tanya saja dia?" kata Pete.
"Hampir semudah itu. Hakim melihat hubungan yang sudah terjalin dan memiliki firasat bahwa itu akan menjadi koneksi yang tepat."
Pandangan Hakim Cooper tidak salah, apalagi saat melihat sendiri Kevin di acara pernikahan.
(foto: dok pribadi Peter Mercurio)
Danny mengungkapkan bahwa peristiwa itu yang membuatnya emosional, bahagia, dan takjub.
"Ibu hakim ini, yang berperan membuat kami sebagai satu keluarga, sekali lagi berjasa membuat kami resmi menikah," ujarnya.
Kevin kini sudah berusia 20 tahun dan kuliah di jurusan ilmu matematika dan komputer.
Bayi kecil yang ditemukan Danny di stasiun subway kini sudah setinggi 1,8 meter, lebih tinggi dari kedua ayahnya.
Dia gemar bermain frisbee, mengikuti beberapa kali lomba maraton dan belajar menari di National Dance Institute dari umur sembilan hingga 14 tahun.
Pete mengungkapkan setiap kali Kevin ingin belajar sesuatu, dia langsung bisa belajar sendiri, seperti saat belajar piano dan gitar.
"Kevin selalu menjadi anak yang sopan. Dia empatik dan baik hati. Bisa selalu jaga emosi. Dia adalah pemerhati, tidak mendambakan atau mencari perhatian. Dia orang yang tertutup, tapi juga pemimpin yang pendiam."
Tapi dia bisa juga menjadi sangat lucu, kata Pete.
Keluarga itu gemar pesiar ke taman-taman nasional, terlibat dalam kegiatan di luar rumah, seperti kayaking, dan jadi fans tim baseball The New York Mets.
"Saya tidak bisa membayangkan hidup saya jika tidak berubah seperti ini," kata Danny, yang kini berusia 55 tahun. "Hidupku kini menjadi lebih kaya dan lengkap. Pandangan hidup, perspektif, dan seluruh lensa kehidupanku pun berubah."
Begitu pula dengan Pete, kini berusia 52 tahun, tidak dapat membayangkan 20 tahun lalu mengambil keputusan untuk menjadi orang tua.
"Saya saat itu tidak tahu bahwa tingkat cinta yang dalam ini benar-benar ada di dunia sampai putraku datang ke dalam hidupku."
Pete menulis buku anak-anak mengenai kisah keluarga mereka yang berjudul Our Subway Baby.
Hakim Cooper merupakan nama lain yang digunakan Pete di bukunya karena sang hakim tidak mau nama sebenarnya diungkap.
(Awaludin)