DOHA - Qatar memperingatkan bahwa mengisolasi Taliban dapat menyebabkan ketidakstabilan lebih lanjut dan mendesak negara-negara untuk terlibat dengan kelompok garis keras itu untuk mengatasi masalah keamanan dan sosial ekonomi di Afghanistan.
“Kalau kita mulai menentukan syarat-syarat dan menghentikan kontak ini, kita berarti membiarkan ada kekosongan, dan pertanyaannya adalah, siapa yang akan mengisi kekosongan ini?,” kata Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani di Doha, bersama mitranya dari Jerman, Menlu Heiko Maas.
BACA JUGA: AS Pindahkan Misi Diplomatiknya dari Kabul ke Qatar
Qatar, negara Teluk Arab yang bersekutu dengan Amerika Serikat (AS), telah muncul sebagai teman bicara utama bagi Taliban, setelah menjadi tuan rumah kantor politik bagi kelompok itu sejak 2013.
Tidak ada negara yang mengakui Taliban sebagai pemerintah Afghanistan setelah kelompok itu merebut Kabul pada 14 Agustus.
Banyak negara Barat telah mendesak kelompok itu untuk membentuk pemerintahan yang inklusif dan menghormati hak asasi manusia.
"Kami percaya bahwa, tanpa keterlibatan, kita tidak dapat mencapai ... kemajuan nyata di bidang keamanan atau di bidang sosial ekonomi," kata Sheikh Mohammed.
Ia menambahkan bahwa mengakui Taliban sebagai pemerintah bukanlah prioritas.
Menteri Luar Negeri Jerman Maas mengatakan kepada wartawan bahwa pemerintahnya bersedia membantu Afghanistan, tetapi ada syarat-syarat tertentu untuk mendapatkan bantuan internasional.
Taliban, yang telah mengadakan pembicaraan dengan anggota pemerintah Afghanistan sebelumnya dan masyarakat sipil lainnya, mengatakan mereka akan segera mengumumkan susunan lengkap kabinet.
Sheikh Mohammed mengatakan kelompok itu telah menunjukkan keterbukaan terhadap gagasan soal pemerintah yang inklusif.