Kisah Pembunuh Sadis yang Bunuh 100 Anak Laki-Laki, Korbannya Dipotong Jadi 100 Bagian dan Dilarutkan ke Air Asam

Vanessa Nathania, Jurnalis
Kamis 16 September 2021 12:19 WIB
Pria ini membunuh 100 anak laki-laki dengan cara sadis (Foto: Wikipedia)
Share :

PAKISTAN - Javed Iqbal, pembunuh berantai paling terkenal di Pakistan, diberitahu oleh hakim bahwa dia harus dieksekusi dengan cara yang sama mengerikannya saat ia membunuh korbannya yang masih muda.

Seorang hakim mengatakan kepada pembunuh berantai tersebut, Javed Iqbal bahwa dia akan dicekik kemudian "dipotong menjadi 100 bagian dan dimasukkan ke dalam larutan asam" di depan orang tua korbannya.

Pertunjukan kebrutalan yang belum pernah terjadi sebelumnya ini bukan tanpa alasan. Ini semua karena Iqbal telah mengakui pemerkosaan dan pembunuhan terhadap 100 anak laki-laki, dilanjutkan dengan pemotongan tubuh korban, kemudian melarutkan mayat mereka dalam larutan asam.

Karena itu, hakim di Pakistan berpikir dia pantas dihukum dan berakhir sama mengerikannya dengan semua korbannya..

"Kamu akan dicekik sampai mati di depan orang tua yang anak-anaknya kamu bunuh, tubuhmu kemudian akan dipotong menjadi 100 bagian dan dimasukkan ke dalam asam, sama seperti kamu membunuh anak-anak tersebut,” terang hakim.

(Baca juga: Misteri Pembunuh Berantai yang Bunuh 350 Orang Dibebaskan dari Penjara karena Berperilaku Baik)

Sampai hari ini, hukuman itu tetap menjadi salah satu hukuman mati paling mengerikan yang pernah dijatuhkan, tetapi hukuman itu tidak pernah terjadi.

Pemerintah Pakistan melarang metode eksekusi tersebut dengan alasan hak asasi manusia dan Iqbal memilih bunuh diri di penjara ketika dia menunggu untuk diadili atas pembunuhan enam bulan yang penuh kegilaan pada 1990-an.

Iqbal, yang lahir di Lahore pada tahun 1956, menghabiskan puluhan tahun untuk merawat anak-anak muda yang melarikan diri, yatim piatu, dan pengemis, lalu membujuk mereka ke dunianya yang bejat dengan janji-janji kekayaan dan memberi mereka perlakuan khusus di rumah mewahnya.

(Baca juga: Gali Rumah Pembunuh Kanibal, Polisi Temukan 3.787 Tulang Belulang dari Hampir 20 Korban)

Tetapi pada Desember 1999, dia mengaku telah membunuh 100 anak laki-laki selama enam bulan sebelumnya, menulis ke surat kabar dan polisi untuk mengungkapkan kejahatan keji – yang sebelumnya tidak diketahui.

Dia menceritakan bagaimana dia memikat anak laki-laki, kebanyakan pengemis berusia enam hingga 16 tahun. Mereka datang ke rumahnya dan dia melakukan pelecehan seksual dan membunuh mereka sebelum menghancurkan jenazah para korban dengan salah satu cara paling mengerikan yang bisa dibayangkan.

Meskipun kemudian dia menyangkal semua ini, Iqbal telah menyimpan catatan rinci tentang korbannya, termasuk nama, usia, dan foto mereka, dan pakaian anak-anak ditemukan di rumahnya bersama dengan bukti lainnya.

Kala itu, sesaat sebelum dia ditangkap, Iqbal mengatakan kepada surat kabar The News di Lahore, bahwa dia tidak menyesal.

"Saya tidak menyesal. Saya membunuh 100 anak. Saya mengingkari keadilan. Saya bisa membunuh 500 anak; ini bukan masalah. Uang bukan masalah. Tapi janji yang saya ambil adalah membunuh 100 anak, dan saya tidak pernah ingin melanggar ini,” ungkapnya.

Dia mengklaim motifnya adalah balas dendam, ia menceritakan bagaimana dia marah dengan polisi yang dia klaim telah memukulinya atas tuduhan menyodomi anak-anak pada 1990-an.

Padahal dia sudah membantah tuduhan tersebut, tetapi dia malah didakwa, namun kemudian pernyataannya ini ditentang oleh investigasi surat kabar.

"Saya dipukuli dengan sangat parah hingga kepala saya remuk, tulang punggung saya patah dan saya menjadi lumpuh. Saya benci dunia ini,” ujarnya.

"Ibuku menangis untukku. Aku ingin 100 ibu menangis untuk anak-anak mereka,” lanjutnya.

Di persidangannya, seorang hakim memberinya 100 hukuman mati dan memerintahkan agar dia dieksekusi dengan rantai yang sama yang dia gunakan untuk mencekik korbannya dan tubuhnya dipotong menjadi 100 bagian - satu potong untuk setiap korban - dan dilarutkan dalam asam.

Namun dia ditemukan tewas gantung diri di dalam sel penjaranya. Kematiannya dicatat sebagai bunuh diri.

Jadi bagaimana ini terjadi? Tampaknya tak terduga bahwa 100 anak laki-laki bisa hilang dan tidak ada seorang pun yang menyadari hal berbahaya ini. Namun melihat kembali kehidupan Iqbal, menjadi jelas bahwa dia adalah seorang manipulator utama dan “groomer” yang licik.

Dia bahkan menikahi kakak perempuan salah satu korban remajanya sebagai tipu muslihat untuk melanjutkan kejahatannya.

Saat itu, surat kabar lokal The Dawn menulis seorang pria yang telah menghabiskan hampir seluruh kehidupan dewasanya, untuk mengatur situasi di mana dia bisa merawat dan melecehkan anak laki-laki yang lebih muda.

Dalam sebuah artikel Oktober 2001, pelaku diklaim telah menghabiskan sebagian besar hidupnya menjaga sekolompok remaja laki-laki di sekitarnya.

Mereka yang bertemu dengan Iqbal, menjulukinya sebagai "pemburu anak laki-laki yang akan melakukan apa saja untuk memuaskan nafsu sodomi".

Surat kabar itu juga mengklaim bahwa dia telah menggunakan banyak metode untuk memikat anak laki-laki yang lebih muda, tetapi metodenya yang "paling efektif" adalah menjadi sahabat pena melalui majalah anak-anak.

“Setelah mendapatkan foto teman penanya, dia akan memilih anak laki-laki yang 'menarik' untuk menjaga persahabatan dengan mereka. Dia akan menghabiskan ribuan rupee untuk mengirimi mereka hadiah seperti parfum, tiket, koin, dan lain lain,” tulis The Dawn.

Pelaku diketahui berasal dari keluarga kaya membuatnya sangat mudah membujuk anak-anak miskin untuk melakukan tindakan bejat.

Pada 1978, saat usianya 22 tahun, ayahnya membeli sebuah vila di pinggiran Lahore tempat Iqbal tinggal dan bekerja di bisnis pengecoran baja.

Jauh dari pantauan, dia mengundang banyak korbannya yang masih muda untuk tinggal bersamanya, dan meminta mereka menemaninya saat dia menjalankan bisnisnya sehari-hari.

Ketika keluarganya mempertanyakan perilakunya, dia bereaksi dengan marah dan menolak untuk membiarkan mereka mempertanyakan gaya hidupnya atau berinteraksi dengan harem remaja laki-lakinya.

Orang-orang yang mengenalnya pun merasa malu dan mencoba menutup mata gerhadap perbuatannya. Ada banyak upaya yang dilakukan oleh polisi untuk menangkapnya karena melakukan pelecehan seksual terhadap anak laki-laki meskipun tuduhan tidak pernah berhasil.

Keluarga Iqbal pun berencana menikahkannya dengan wanita. Namun dia selalu menolak.

Setelah menghindar selama bertahun-tahun, pada 1983, dia mengejutkan keluarganya dengan mengumumkan dirinya telah menikah. Wanita ini adalah kakak perempuan dari salah satu kekasihnya di masa kecil.

Dia melakukan ini agar sang kekasihnya, adik dari wanita itu, tidak akan pergi.

Reputasinya sebagai pedofil mengakibatkan dia dipukuli oleh penduduk setempat dan dia menjalani hukuman enam bulan penjara karena sodomi.

The Dawn mengklaim bahwa seiring berjalannya waktu, ia menjadi semakin lihat dan memiliki metode yang rapih untuk mendekati dan melecehkan anak-anak.

“Dia membuka toko video game — yang menjadi toko pertama di Shadbagh dengan model seperti itu — dan akan menawarkan token kepada anak laki-laki dengan harga lebih murah dan dalam beberapa kasus, gratis. Dia akan melempar uang kertas 100 rupee (Rp19 ribu) ke lantai dan mengawasi anak laki-laki yang akan mengambilnya. Kemudian dia akan mengumumkan bahwa uangnya telah dicuri dan dia harus menggeledah semua orang. 'Pencuri' akan ditangkap dan dibawa ke kamar yang berdekatan, di mana korban akan disodomi. Kadang-kadang uang itu akan diberikan kembali kepada anak itu sebagai sikap niat baik,” tulis The Dawn.

“Ketika orang-orang melarang anak-anak mereka mengunjungi toko, Iqbal mendirikan akuarium ikan dan kemudian gym, sekali lagi untuk menarik perhatian anak laki-laki,” lanjutnya.

“Dia juga mendirikan sekolah ber-AC (Sunny Side School), tetapi gagal karena tidak ada yang mau menyekolahkan anak mereka di sana. Dia juga membuka toko barang-barang kebutuhan sehari-hari yang dijual dengan harga lebih rendah dari nilai pasar. Itu juga berlangsung selama beberapa minggu,” terangnya.

Iqbal juga diklaim berteman dengan petinggi polisi dan menerbitkan majalah yang isinya memuji mereka atas semua kerja keras dan keberanian mereka.

Ketika ayahnya meninggal pada tahun 1993, Iqbal menerima warisan sebesar Rs3,5 juta (Rp667 juta) dari tanah miliknya.

Semua uangnya ini sebagian dihabiskan untuk “membeli” seks dari anak-anak. Dia juga membangun rumah besar dengan kolam di ruang bawah tanah dan kolam renang di halaman belakang.

Tetangganya ingat bahwa dia suka bergaya dan sering terlihat berkeliling dengan mobil baru dengan belasan anak laki-laki berdesakan di kursi belakang.

Iqbal sesumbar kepada saudara-saudaranya bahwa dia telah menyiapkan ramuan kimia yang memiliki kekuatan untuk melarutkan seseorang menjadi kerangka hanya dalam hitungan menit.

Mereka tidak memikirkannya, sampai dia mengaku bahwa dia adalah pemangsa seksual yang bahkan lebih berbahaya daripada yang pernah mereka bayangkan.

(Susi Susanti)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya