PM Pakistan Minta Dunia Berikan Waktu untuk Taliban

Vanessa Nathania, Jurnalis
Jum'at 17 September 2021 13:39 WIB
PM Pakistan Imran Khan saat wawancara dengan CNN (Foto: CNN)
Share :

"Badan intelijen kami memberi tahu kami bahwa Taliban tidak akan dapat mengambil alih seluruh Afghanistan, dan jika mereka mencoba mengambil Afghanistan secara militer, akan ada perang saudara yang berkepanjangan, itulah yang kami takutkan karena pada akhirnya kamilah yang paling menderita," jelasnya.

Sementara itu, terkait peranan perempuan di sana, Khan memberikan pendapatnya. "Adalah kesalahan untuk berpikir bahwa seseorang dari luar akan memberikan hak-hak perempuan Afghanistan. Perempuan Afghanistan kuat. Beri mereka waktu. Mereka akan mendapatkan hak-hak mereka,” terangnya.

"Perempuan harus memiliki kemampuan dalam masyarakat untuk memenuhi potensi mereka dalam hidup," ujarnya.

“Di Pakistan, apa yang telah kami lakukan adalah kami sebenarnya telah membayar tunjangan kepada keluarga miskin untuk membuat anak perempuan belajar di sekolah karena kami merasa bahwa jika anak perempuan itu belajar, jika mereka memiliki pendidikan, mereka akan mendapatkan haknya sendiri," lanjutnya.

Sebelumnya, Taliban juga sudah berupaya untuk meningkatkan kepercayaan internasionalnya sejak berhasil mengambil alih kekuasaan, dengan janji akan menegakkan hak asasi manusia, khususnya mengenai perempuan dan anak perempuan, serta mengizinkan jurnalis untuk melanjutkan pekerjaan mereka.

Namun, pada kenyataannya, perempuan telah dihilangkan dari sistem pemerintahan sementara Taliban. Mereka juga diperintahkan untuk tinggal di rumah di beberapa daerah, dan pendidikan mereka dibatasi. Berdasarkan laporan juga menyebutkan protes terhadap pemerintahan Taliban dan hak-hak sipil telah ditekan dengan kekerasan, wartawan juga ditangkap dan dipukuli habis-habisan.

Banyak komunitas internasional merasa tidak ada harapan untuk Taliban akan membuat kemajuan dalam menegakkan hak-hak perempuan. Karena, secara historis di periode 1996-2001, Taliban memperlakukan perempuan sebagai warga negara kelas dua, menjadikan mereka sasaran kekerasan, pernikahan paksa dan kehadiran yang nyaris tak terlihat di negara itu.

Kelompok tersebut melarang perempuan bekerja, melarang mereka meninggalkan rumah tanpa pendamping, dan memaksa mereka untuk menutupi seluruh tubuh mereka.

Dalam beberapa hari terakhir, Taliban telah mengamanatkan pemisahan jenis kelamin di ruang kelas dan mengatakan mahasiswa perempuan, dosen dan karyawan harus mengenakan jilbab sesuai dengan interpretasi kelompok hukum Syariah. Seorang pejabat Taliban mengumumkan bahwa perempuan tidak akan diizinkan bermain kriket dan olahraga lainnya.

Kelompok Taliban juga telah menggunakan cambuk dan tongkat terhadap pengunjuk rasa perempuan, yang turun ke jalan dalam protes sporadis di seluruh negeri menuntut persamaan hak.

“Bertentangan dengan jaminan bahwa Taliban akan menegakkan hak-hak perempuan, selama tiga minggu terakhir perempuan malah semakin dikucilkan dari ruang publik,” terang Kepala hak asasi manusia PBB, Michele Bachelet di Jenewa, Senin (13/09).

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya