PORT AU PRINCE - Stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Haiti masih kehabisan stok pada Selasa ketika geng kriminal memblokade pintu masuk pelabuhan dan pemimpin mereka mendesak Perdana Menteri Ariel Henry untuk mundur.
Kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) membuat warga Haiti sulit mendapatkan transportasi dan memaksa sejumlah bisnis menghentikan operasi.
BACA JUGA: Culik 17 Anggota Kelompok Misionaris, Geng Bersenjata Haiti Minta Tebusan Rp240 Miliar
Rumah sakit yang bergantung pada pembangkit listrik diesel, akibat seringnya pemadaman listrik, kemungkinan juga akan tutup.
Situasi itu telah menambah beban penduduk yang masih berjuang menghadapi krisis ekonomi.
Mereka juga khawatir pada kasus-kasus penculikan oleh geng kejahatan, termasuk penyanderaan sekelompok misionaris Amerika dan Kanada awal bulan ini.
Jimmy "Barbecue" Cherizier, kepala geng koalisi "G9" di kawasan metropolitan ibu kota Port-au-Prince, mengatakan pada Senin (25/10/2021) malam bahwa dirinya akan memastikan keamanan distribusi BBM jika Henry lengser.
BACA JUGA: Kesal Bantuan Tak Kunjung Datang Usai Gempa M7,2, Warga Haiti Serang Truk Bantuan
"Daerah-daerah yang dikuasai G9 ditutup dengan hanya satu alasan, kami menuntut pengunduran diri Ariel Henry," kata Cherizier dalam wawancara radio.
"Jika Ariel Henry mundur pada jam 8 pagi, pada jam 8.05 kami akan membuka jalan dan semua truk boleh melintas untuk mengangkut bahan bakar."
Juru bicara kantor perdana menteri belum menanggapi permintaan untuk berkomentar dan Cherizier tidak bisa dihubungi.
Pernyataannya menunjukkan bagaimana geng-geng kriminal telah mengambil alih peran politik, menyusul pembunuhan Presiden Jovenel Moise pada Juli.