Setelah kematian Sofia, polisi menahan Lanskaya di kereta api dan dia mengaku melakukan pembunuhan itu dan telah ditahan selama dua bulan sambil menunggu penyelidikan pembunuhan.
“Saya mengaku karena saya sangat sakit. Saya merasa tidak sehat, saya tidak punya waktu lama untuk hidup,” terangnya di pengadilan.
Namun penyelidik mengatakan tidak ada bukti bahwa dia sakit parah.
Lanskaya dilaporkan putus asa setelah pihak berwenang melarangnya membesarkan putra dan putrinya sendiri, dan mengatakan Sofia tampak seperti anaknya sendiri.
Menurut laporan, guru itu berulang kali mengklaim putrinya yang sehat menderita kanker dan membutuhkan perawatan medis yang mendesak, dan telah mengancam anaknya dengan pisau.
“Lanskaya adalah wanita yang cerdas, dan berpendidikan. Dia pernah menjadi tutor dalam beberapa bahasa asing,” terang seorang penduduk setempat.
Sementara itu, di pemakaman, ratusan pelayat membawa bunga untuk mengenang Sofia.
“Orang-orang diam, mereka tidak berbicara sama sekali. Semua orang menangis. Bahkan seorang pria pun, memilih meninggalkan gereja, menyingkir, menyalakan sebatang rokok dan menghapus air mata mereka,” tulis laporan lokal.
(Susi Susanti)