“Menangani krisis iklim membutuhkan kerja sama dan solidaritas, dan ini adalah langkah penting ke arah yang tepat,” cuitnya.
Deklarasi itu memberikan momentum baru terhadap negosiasi yang sedang berjalan, ketika para delegasi mencoba untuk menyepakati draf kesepakatan COP26 hingga Jumat (12/11), yang merinci bagaimana negara-negara akan membatasi suhu pemanasan global agar tidak melampaui 1,5 derajat Celcius di atas suhu era pra-industri, target yang ditetapkan dalam Perjanjian Iklim Paris 2015.
Tuan rumah KTT, Boris Johnson, mendesak para delegasi untuk mengambil kesempatan tersebut. “Kini kita menghadapi banyak kesulitan, tetapi bukan berarti ini tidak mungkin dilakukan. Bukan berarti kita akan gagal menjaga (kenaikan suhu bumi hingga) 1,5 derajat Celcius,” jelasnya.
Para delegasi juga merundingkan berapa banyak dana yang seharusnya diberikan negara-negara kaya kepada negara-negara berkembang untuk memitigasi dampak perubahan iklim dan untuk mendekarbonisasi ekonomi mereka, janji yang pertama kali dibuat pada tahun 2009.
“Rasanya sangat membuat frustrasi melihat berbagai negara menghabiskan enam tahun terakhir untuk membangga-banggakan penandatanganan dokumen berisi janji-janji itu di Paris, tapi diam-diam gagal menepatinya sehingga sekarang negara-negara yang rentan dan generasi masa depan menuntut ganti rugi di sini, di Glasgow,” lanjutnya.