Ia mengisahkan awal mula belajar mengaji mulai nol dengan buku Iqra di tahun 2017 hingga akhirnya mjlai lancar pada tahun 2019. Tekadnya untuk berubah dan bertaubat membawanya menjadi salah satu peserta yang diwisuda membaca Al-Quran dengan metode Ummi. Dari prosesnya belajar hingga wisuda inilah ia mulai mengenal beberapa bacaan mahrajal huruf, hingga tajwid di setiap ayat-ayat suci umat Islam ini.
"Tahun pertama di Lapas ini diberikan wisuda Alquran yang gurunya dari metode Ummi. Jadi saya mengikuti pelatihan metode Ummi dari huruf hijaiyah, sampai saya bisa menguasai Alquran tajwid - tajwidnya mahrajal hurufnya. Makanya saya senang ikut tadarus karena saya ingin mengamalkan apa yang saya pelajari waktu wisuda Alquran," jelasnya.
Kini ia dan warga binaan lainnya kian mempertebal keimanan di bulan Ramadan 1443 Hijriah tahun 2022 ini. Penambahan waktu membaca Alquran atau tadarus Alquran dalam sehari, menjadi salah satu yang diinisiasi para warga binaan.
"Karena kalau musim Ramadan di dalam ini tidak ada kegiatan seperti pondok pesantren jamnya dikurangi. Daripada di dalam blok tidak ada pekerjaan, kita gunakan mengaji," ungkapnya.
Ke depan ia berharap dengan ilmu-ilmu yang didapatnya di dalam Lapas ia bisa memanfaatkan dan mengamalkannya di luar saat berinteraksi dengan masyarakat. Salah satunya dengan menjadi guru mengaji dan menularkan ilmu pengalamannya selama belajar mengaji dari nol tidak bisa hingga menjadi orang yang mahir membaca dengan tajwid dan mahrajal hurufnya.
"Saya ingin ngajar di TPQ - TPQ di rumah. Sudah banyak pembekalan yang diberikan di sini," tandasnya.
(Awaludin)