"Kami pernah menjadi mandiri. Sangat menyakitkan kehilangan keintiman keluarga itu," katanya.
Di dataran berdebu di sebelah barat Doha, di Umm Al Afai, Tempat Ular, petani Ali al-Jehani mengatakan semuanya berjalan erlalu cepat.
"Sebelum Anda bisa menjadi kaya jika Anda bekerja dan tidak jika tidak - itu jauh lebih baik," katanya.
"Pemerintah berusaha membantu, tetapi segalanya berjalan terlalu cepat,” lanjutnya.
Yang lain menggemakan pendapatnya tentang politisi yang tidak sejalan dengan orang-orang, terutama yang berkaitan dengan upaya keras - dan diduga korup - yang dilakukan untuk membawa Piala Dunia sepak bola 2022 ke Qatar, dan tingkat pengawasan media yang tak terduga yang datang dengan gejolak konstruksi.
Mariam Dahrouj, lulusan jurnalistik, berbicara tentang rasa takut dan terancam.
"Orang-orang di Qatar takut," katanya.
"Tiba-tiba seluruh dunia ingin melihat kami. Kami adalah komunitas tertutup, dan mereka ingin datang dan membawa perbedaan mereka. Bagaimana kami bisa mengekspresikan nilai-nilai kami?",” ungkapnya.
(Susi Susanti)