Setelah bebas pun, kata Evy, mereka berisiko mendapatkan stigma buruk dari masyarakat dan sulit mendapatkan kesempatan pekerjaan untuk membangun lembaran kehidupan baru.
“Mencari pekerjaan setelah sekian lama dipidana bagi warga binaan perempuan ibarat mencari jarum dalam tumpukan jerami. Jangankan bagi mantan warga binaan yang berlatar belakang kelompok menengah ke bawah dengan tingkat pendidikan rendah, mereka yang berpendidikan tinggi dan pernah memiliki kehidupan layak di masa lalu pun sulit mendapatkan kesempatan kedua,” kata dia.
Oleh karena itu, Evy menekankan peranan pemerintah, masyarakat dan swasta untuk memberikan kesempatan yang layak bagi mantan warga binaan perempuan yang berkemauan keras memperbaiki kehidupannya menjadi lebih baik.
Hal itu agar mantan warga binaan perempuan yang bebas tak kembali terjatuh dalam masalah hukum.
“Kita perlu bekerja sama untuk mendorong kesiapan warga binaan perempuan untuk kembali ke masyarakat dengan menciptakan kesempatan sosial, ekonomi, pendidikan, maupun budaya agar kehidupan mereka bersama masyarakat menjadi harmonis,” paparnya.
Maksimalkan kemitraan dan sumber daya
UNODC Indonesia Country Manager and Liaison to ASEAN, Collie F Brown mengatakan, saat ini terdapat program-program kejuruan peningkatan kemampuan yang baik bagi warga binaan perempuan dan cukup memberikan banyak harapan bagi mereka, seperti program lokakarya batik ramah lingkungan.
“Namun perempuan atau setiap orang dalam hal ini seharusnya tidak harus masuk ke dalam lembaga pemasyarakatan terlebih dahulu untuk dapat belajar suatu kemampuan," tutur Collie.
Kemitraan dan sumber daya perlu digunakan untuk memberikan intervensi-intervensi di dalam masyarakat untuk mencegah dan mengalihkan perempuan dari sistem pemenjaraan, yang menyebabkan mereka kehilangan kebebasannya.