JAKARTA - Semenjak ditinggal Pangeran Jimbun ke Demak Bintoro, keadaan Majapahit berangsur-angsur semakin melemah.
Semangat perang prajurit Majapahit mengendur lagi. Tak sehebat tatkala Pangeran Jimbun masih berada di Majapahit seperti yang sudah sudah.
Apalagi prajurit dari kadipaten-kadipaten sudah banyak yang dipulangkan ke daerah masing-masing mengingat keadaan Majapahit telah dianggap aman.
Para pangembating praja dan Manggalayuda Majapahit berpandangan bahwa Prabu Girindrawardhana tentu tak bakal berani melakukan serangan lagi ke Majapahit setelah diluluh-lantakkan oleh barisan prajurit yang dikomando Pangeran Jimbun.
Namun, keadaan Majapahit yang seperti kehilangan induk semangnya itu ternyata telah diintip oleh para telik sandi atau intelejen Kerajaan Kediri atas perintah Prabu Girindrawardhana.
Memang, pasca serangannya ke Majapahit yang banyak memakan korban prajuritnya, Prabu Girindrawardhana memerintahkan kepada para prajuritnya agar bertiarap. Menghentikan serangan ke Majapahit.
Hanya para telik sandi yang diperintahkan supaya memata-matai keadaan Majapahit. Guna mencari celah untuk mengetahui keadaan Majapahit yang kian hari kian melemah.
Jika sewaktu waktu keadaan Majapahit sudah terlena dan lemah, maka Prabu Girindrawardhana hendak menyerang lagi ke Trowulan.
Begitulah, nampaknya semangat Sang Raja Kediri tak pernah padam hendak menggulingkan takhta Prabu Brawijaya V. Ibarat dian yang tak pernah padam, Prabu Girindrawardhana terus berbenah secara intensif.
Sumber: Buku Brawijaya Moksa Detik-Detik Akhir Perjalanan Hidup Prabu Majapahit.
(Khafid Mardiyansyah)