Terlepas dari kesulitan logistik dan mengingat keadaan yang mendesak, Habeck mengatakan: "Kita harus mencoba langkah yang tidak praktis."
Dan, Jerman mengambil kebijakan untuk menggunakan terminal LNG terapung, yang mampu menerima produk gas dari tempat-tempat yang jauh seperti AS atau Qatar.
Beginilah cara Qatar memasuki meja perundingan dengan posisi yang baik saat perang Ukraina berlangsung, tepat pada saat Qatar telah melakukan investasi secara signifikan untuk meningkatkan produksi dan infrastruktur gas.
"Tentu saja ada peluang untuk Qatar," kata Karen Young, peneliti senior dan direktur program ekonomi dan energi di lembaga pemikir Middle East Institute, di Washington D.C., kepada BBC Mundo.
Baca juga: Ukraina Akan Hentikan Aliran Gas Rusia ke Eropa
Rencana ekspansi
Qatar punya rencana untuk meningkatkan kapasitas ekspor sekitar 60% pada tahun 2027 sebelum perang dimulai. Peluang jangka menengah untuk memasok LNG ke Eropa "akan menjadi keuntungan, baik secara ekonomi jika kesepakatan tercapai dengan harga saat ini, dan secara politik," katanya.
Baca juga: Cetak Rekor Tertinggi! Harga BBM di AS Mahal Banget Gegara Perang
Sebagai negara monarki semi-konstitusional dengan emir sebagai kepala negara, dan perdana menteri sebagai kepala pemerintahan, Qatar tidak harus melalui proses pengambilan keputusan yang rumit atau mendapatkan dukungan politik dari berbagai pihak.
Sistem politik negara tersebut telah dianggap oleh organisasi Barat sebagai "rezim otoriter", sebuah deskripsi yang ditolak oleh pemerintah Qatar.
Amnesty International telah mengecam praktik yang dianggapnya sebagai "eksploitasi dan pelecehan" terhadap pekerja migran.