Qatar: Negara Kecil yang Semakin Kaya Berkat Perang Rusia-Ukraina

Agregasi BBC Indonesia, Jurnalis
Kamis 12 Mei 2022 00:01 WIB
Wisata Qatar (Foto: BBC)
Share :

Ambisi Qatar

LNG adalah gas yang didinginkan dan memiliki harga jual lebih tinggi dari gas alam. Nilai plus terbesar LNG adalah lebih mudah untuk diangkut.

Gas cair ini dapat dimuat ke kapal dan tidak memerlukan pembangunan jaringan pipa gas besar dengan investasi jutaan dolar jangka panjang.

Pada 2019, Qatar mengumumkan rencana untuk meningkatkan ekspor LNG sebesar 64% pada tahun 2027, sebuah ambisi untuk mengembangkan bisnisnya.

Melalui rencana itu, perusahaan milik negara, Qatargas, telah mencapai kesepakatan untuk meningkatkan produksi di kawasan North Field, sebuah anjungan raksasa lepas pantai yang meluas ke perairan Iran dan salah satu cadangan gas alam terbesar di dunia.

Baca juga: Gagal Rebut Pulau Ular, 3 Pesawat dan 10 Helikopter Ukraina Ditembak Jatuh

Ekspansi tersebut akan memungkinkan Qatar meningkatkan kapasitas produksi LNG dari 77 juta menjadi 110 juta ton pada tahun 2025, seiring dengan permintaan produk yang terus meningkat.

Tidak hanya Jerman yang telah melakukan pendekatan ke Qatar untuk mengamankan impor LNG tambahan. Beberapa negara-negara tetangganya juga melakukan hal yang sama.

Baca juga: Ekonomi Rusia di Ambang Kehancuran Imbas Perang! Diprediksi Minus 12%, Terburuk sejak 1994

Urgensi untuk mendapatkan sumber energi yang baru menjadi lebih genting dan mendesak dalam beberapa pekan terakhir, setelah Rusia memutuskan pasokan ke Polandia dan Bulgaria di tengah aksi perang.

Negara kaya semakin kaya

Dengan jumlah kekayaan per kapita yang lebih besar dari Swiss atau Amerika Serikat, Qatar tampaknya sedang berada di jalur yang sempurna untuk menjadi lebih kaya.

Bukan hanya dari Eropa, permintaan LNG juga tumbuh di negara-negara belahan bumi lain.

Saat ini, hampir 80% ekspor LNG Qatar ke Asia, dengan Korea Selatan, India, China, dan Jepang sebagai pembeli utama.

Dan berdasarkan volume pasar, China menjadi importir LNG terbesar di dunia setelah menandatangani kesepakatan dengan Qatar untuk jangka waktu 15 tahun.

Dengan meningkatnya permintaan dari pasar Asia dan Eropa, para ahli memprediksi, Qatar kini berada di posisi terbaik untuk meraih kontrak yang menguntungkannya.

Meskipun semuanya tidak akan terjadi dalam waktu dekat, perusahaan raksasa milik negara, Qatar Energy, terus memompa gas dengan kapasitas penuh.

Sebagian besar hasilnya akan dijual ke pihak-pihak di bawah kontrak-kontrak multi-tahun, yang menurut Doha tidak akan dibatalkan untuk mengalihkan pasokan ke Eropa.

Namun, beberapa perusahaan seperti Morgan Stanley memperkirakan, keputusan Eropa untuk mengimpor gas dari negara lain akan mendorong kenaikan 60% konsumsi LNG global pada tahun 2030 

Selama skenario itu terus berlangsung, ekonomi Qatar diprediksi akan tumbuh lebih dari 4% tahun ini, menurut Citigroup.

Ini merupakan lompatan terbesar negara yang pernah diboikot oleh negara-negara Teluk sejak 2015.

(Fakhrizal Fakhri )

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya