Saat merayakan kemenangan Partai Buruh di Sidney, Albanese yang dikenal pragmatis bertekad untuk menyatukan Australia.
Dia berjanji untuk mengakhiri perpecahan di Australia dan menilai bahwa masyarakat di negeri Kanguru itu ingin bersatu dan mencapai kepentingan dan tujuan bersama.
Albanese, yang berasal dari kelas pekerja itu, juga menilai bahwa masyarakat telah lelah dengan perbedaan karena yang mereka inginkan adalah kebersamaan sebagai sebuah bangsa.
Selama 26 tahun sejak Albanese pertama kali terpilih menjadi anggota parlemen, Partai Buruh berada di pemerintahan hanya lima tahun, ketika Australia dipimpin oleh Kevin Rudd dan Julia Gillard di masa yang penuh gejolak.
Albanese pertama kali menjadi menteri setelah kemenangan Partai Buruh pada pemilu 2007. Karir politiknya melesat setelah mengambil alih kepemimpinan oposisi usai kekalahan telak partai itu pada 2019.
Keturunan imigran pekerja
Albanese menggambarkan dirinya sebagai satu-satunya kandidat dengan "nama non-Anglo Celtic" yang mencalonkan diri sebagai PM dalam 121 tahun keberadaan jabatan itu di Australia.
"Nama non-Anglo Celtic" merujuk pada riwayat Albanese, keturunan imigran bangsa Inggris yang bukan dari kalangan berdarah biru. Dia tumbuh dari keluarga sederhana di pinggiran Sydney, Camperdown.
"Ibuku memimpikan kehidupan yang lebih baik untukku," katanya, yang berharap perjalanan hidupnya bisa menginspirasi orang Australia untuk meraih cita-cita.
Pria berusia 59 tahun itu ingin agar Australia terus menjadi negara yang tidak menghiraukan asal muasal warga, apa kepercayaan mereka dan dari keturunan mana mereka berasal.
Ia juga ingin Australia terus menjadi negara yang tidak membatasi kesempatan warganya, seperti dikutip dari AP.
Albanese terlahir dari keluarga Katholik Roma dan dibesarkan oleh seorang ibu tunggal bernama Maryanne Ellery di lingkungan kelas pekerja di Sidney.
Keluarga Albanese yang konservatif secara sosial itu harus menyimpan rahasia demi menghindari skandal "tidak sah" dalam keluarga kelas pekerja di Australia pada dekade 1960-an.