Menurut dokumen yang diperoleh Times, seorang pria yang diyakini penyelidik sebagai Arredondo terdengar di rekaman kamera tubuh berbicara tentang berapa lama waktu berlalu.
"Orang-orang akan bertanya mengapa kami lama sekali," kata pria itu, menurut transkrip rekaman kamera tubuh petugas yang diperoleh surat kabar itu. "Kami mencoba untuk melestarikan sisa hidup."
Menurut laporan itu, enam puluh petugas telah berkumpul di tempat kejadian pada saat empat petugas masuk. Dua ruang kelas tempat penembakan terjadi termasuk 33 anak dan tiga guru.
Tidak semua korban ditemukan tewas ketika petugas akhirnya masuk ke dalam. Menurut catatan yang diperoleh Times, termasuk tinjauan dokumen penegakan hukum dan video yang telah dikumpulkan sebagai bagian dari penyelidikan, seorang guru meninggal di ambulans dan tiga anak meninggal di rumah sakit terdekat.
Keluarga Xavier Lopez, 10, mengatakan anak laki-laki itu tertembak di punggung dan kehilangan banyak darah saat menunggu perawatan medis.
“Dia bisa saja diselamatkan,” terang Leonard Sandoval, kakek bocah itu, mengatakan kepada surat kabar itu.
“Polisi tidak masuk lebih dari satu jam. Dia kehabisan darah,” lanjutnya.
Catatan yang diperoleh Times mengungkapkan rincian baru lainnya, termasuk bahwa pria bersenjata itu, Salvador Ramos, memiliki perangkat pemicu "api neraka" yang dimaksudkan untuk memungkinkan senapan semi-otomatis gaya AR-15 ditembakkan lebih seperti senjata otomatis, telah menggunakannya selama serangan itu.