Menurut dokumen tersebut, Ramos telah menghabiskan lebih dari USD6.000 (Rp87 juta) untuk mengumpulkan senjata yang mencakup dua senapan gaya AR-15, aksesori, dan ratusan amunisi.
The Times melaporkan bahwa beberapa petugas yang pertama kali tiba di sekolah memiliki senjata panjang, dan bahwa Arredondo mengetahui identitas pria bersenjata itu saat berada di dalam sekolah dan berusaha berkomunikasi dengannya melalui pintu kelas yang tertutup.
Sekitar seminggu setelah penembakan, pejabat departemen keselamatan publik mengatakan Arredondo tidak lagi bekerja sama dengan agen tersebut dan tidak menanggapi permintaan wawancara dari Texas Rangers, unit investigasi agen tersebut.
Menanggapi hal ini, pengacara Arredondo, George E. Hyde, mengatakan kepada Tribune pada Kamis (8/6/2022) bahwa Arredondo tidak dapat melakukan wawancara pada hari yang diminta oleh Rangers karena dia menutupi shift untuk petugasnya. Hyde mengatakan Arredondo bersedia bekerja sama dengan penyelidikan Rangers tetapi ingin melihat transkrip dari komentarnya sebelumnya.
“Itu hal yang wajar untuk ditanyakan sebelum dia harus mendiskusikannya lagi karena, seiring berjalannya waktu, semua informasi yang dia dengar, sulit untuk diluruskan,” ujarnya.
Sementara itu, Eva Mireles, salah satu guru yang terbunuh, diketahui menelepon suaminya, seorang petugas polisi distrik sekolah Uvalde, selama serangan itu. Dokumen yang diperoleh Times menunjukkan bahwa Ruben Ruiz memberi tahu responden di tempat kejadian bahwa istrinya masih hidup di salah satu ruang kelas.
"Dia bilang dia tertembak," kata Ruiz kepada petugas lain ketika dia tiba di dalam sekolah pada pukul 11.48 waktu setempat, menurut transkrip kamera tubuh yang diperoleh Times.
Times melaporkan pada pukul 12:46, Arredondo tampaknya memberikan persetujuannya kepada petugas untuk memasuki ruangan.
"Jika Anda semua siap untuk melakukannya, Anda melakukannya," katanya, dikutip transkrip.
(Susi Susanti)