Gempa tersebut menewaskan sekitar 1.000 orang dan melukai 1.500 orang, kata Muawiyah. Lebih dari 3.000 rumah hancur.
Menurut data pemerintah AS, banyaknya korban tewas menjadikannya gempa paling mematikan di Afghanistan dalam dua decade.
Sharafat Zaman, juru bicara kementerian kesehatan mengatakan kepada Reuters, sekitar 1.000 orang telah diselamatkan pada Kamis (23/6/2022) pagi,
"Bantuan sudah sampai ke daerah dan terus berlanjut tapi masih dibutuhkan lebih banyak lagi," katanya.
Reuters melaporkan Kota Gayan, dekat dengan pusat gempa, mengalami kerusakan signifikan dengan sebagian besar bangunan berdinding lumpur rusak atau runtuh total.
Kota itu, dengan hanya jalan yang paling sederhana, ramai dengan tentara Taliban dan ambulans ketika sebuah helikopter yang membawa pasokan bantuan mendarat di dekatnya, menimbulkan pusaran debu yang besar. Sekitar 300 orang duduk di tanah menunggu pasokan.
Operasi penyelamatan itu akan menjadi ujian besar bagi kelompok Islam garis keras Taliban, yang mengambil alih saat pasukan internasional pimpinan AS mundur setelah dua dekade perang.
Pejabat bantuan mengatakan situasi kemanusiaan telah memburuk secara mengkhawatirkan sejak pengambilalihan Taliban. Afghanistan juga terputus dari banyak bantuan internasional karena sanksi.