"Kami membutuhkan undang-undang yang memerangi kekerasan," kata Azza Suliman, seorang pengacara Mesir dan ketua Pusat Bantuan Hukum dan Perempuan Mesir.
Dia menjelaskan perlu juga ada wacana seputar perempuan yang bermartabat dan bermartabat agar tercipta kepercayaan antara perempuan dan aparatur negara.
Suliman mengatakan bahwa agar perempuan merasa nyaman melaporkan insiden seperti itu, perlu "rehabilitasi saluran keadilan, yang mencakup polisi, hakim, dan kejaksaan."
Sementara itu, ayah wanita yang terbunuh, Ashraf Abdelkader, mengatakan kepada CNN bahwa tersangka telah meminta untuk menikahi anaknya beberapa kali tetapi ditolak. Tersangka juga diduga membuat akun palsu untuk mengikuti wanita itu di media sosial. Akhirnya Abdelkader mengajukan perintah penahanan pada April lalu.
"Dia tidak ingin menikah, dia ingin mengikuti karirnya dan ingin menjadi pramugari," terangnya.
Beberapa menanggapi pembunuhan itu dengan menyalahkan korban. Seorang mantan pembawa acara TV yang kontroversial, Mabrouk Atteya, mengatakan dalam sebuah video di media sosial bahwa wanita "harus menutupi" untuk menghentikan pria membunuh mereka.
"Wanita dan gadis harus menutupi dan berpakaian longgar untuk menghentikan godaan. Jika Anda merasa hidup Anda berharga, tinggalkan rumah sepenuhnya tertutup untuk menghentikan mereka yang ingin Anda membantai Anda," kata Atteya dalam siaran langsung.