Pelantikan Marcos Jr menandai puncak dari perjuangan selama puluhan tahun oleh keluarga Marcos untuk merebut kembali kejayaan politik mereka.
Ayahnya Ferdinand memimpin Filipina dari 1965 sampai 1986, memberlakukan darurat militer dan memimpin periode pelanggaran hak asasi manusia yang meluas, korupsi dan kemiskinan.
Aturan itu berakhir pada 1986, ketika pemberontakan massal membuat jutaan orang turun ke jalan dan keluarga Marcos, termasuk Bongbong yang berusia 28 tahun, melarikan diri dari Filipina ke Hawaii.
Bongbong kembali ke Filipina pada 1991 dan sejak itu berusaha menggambarkan kepresidenan ayahnya sebagai "periode emas" pertumbuhan dan kemakmuran.
Popularitas Marcos Jr didukung oleh dorongan media sosial yang agresif, yang terbukti sangat menarik bagi pemilih yang belum cukup umur untuk mengalami tahun-tahun kediktatoran secara langsung.
Sementara itu, kritikus melontarkan tuduhan bahwa kampanye media sosialnya penuh dengan informasi yang salah dan kekejaman yang dikaburkan di bawah pemerintahan ayahnya. Dia telah membantah tuduhan ini.
Kampanye pemilihan Bongbong juga didorong oleh sosok Sara Duterte pasangannya, yang menggabungkan dua kubu dinasti politik: - Marcos di Filipina utara dan Duterte di Pulau Mindanao selatan.
(Rahman Asmardika)