Kerajaan terpecah menjadi dua kubu, yaitu menjadi Mataram Hindu dinasti Sanjaya dan Mataram Buddha dinasti Syailendra. Di sisi Mataram Buddha, Dharanendra disebut sabagai raja awal yang memerintah kerajaan tersebut. Dharanendra masih merupakan keturunan dari Rakai Panangkaran.
Kemudian sepeninggal Dharanendra, takhta Mataram Buddha dilanjutkan ke tangan Samaratungga. Samaratungga merupakan raja yang mendirikan Candi Borobudur di tahun 850 M. Samaratungga memiliki keturunan bernama Pramodhawardani.
BACA JUGA:Pakai QR MyPertamina, Pengguna Pertalite Dijamin Tepat Sasaran
Sedangkan di Mataram Hindu, takhta dilanjutkan oleh Rakai Panaraban. Posisinya lalu digantikan oleh Rakai Garung dan Rakai Warak, kedua anaknya. Rakai Warak dikaruniai anak bernama Rakai Pikatan. Rakai Pikatan pun menjadi penerus kerajaan Mataram Buddha.
Dialah yang membangun Candi Plaosan dan Candi Roro Jonggrang. Rakai Pikatan menikah dengan Pramodhawardani yang merupakan keturunan Samaratungga asal Kerajaan Mataram Hindu. Pernikahan keduanya membuat Kerajaan Mataram Hindu dan Buddha bersatu kembali. Pramodhawardani memiliki keturunan bernama Balaputradewa.
Sejarah mencatat bahwa sepeninggal Samaratungga, Balaputradewa memberontak. Namun, pemberontakan tersebut berhasil dihalau oleh Rakai Pikatan. Akhirnya, Balaputradewa mundur dan membentuk kerajaan sendiri di wilayah Sumatera. Kerajaan tersebut diberi nama Kerajaan Sriwijaya.
Rakai Pikatan, memiliki anak bernama Dyah Lokapala. Dyah Lokapala mempunyai keturunan bernama Dyah Tagwas dan seorang anak perempuan. Anak perempuan tersebut dinikahkan oleh Rakai Panumwangan yang naik menjadi raja.
BACA JUGA:Agar Tak Ada Lagi yang Meninggal Kelelahan, KPU Bekasi Saring Petugas KPPS dari Usia
Sejumlah catatan juga mengatakan bahwa apabila ditarik dari keturunan Rakai Garung, ia memiliki keturunan bernama Dyah Balitung atau Dyah Garuda Mukha. Dyah Balitung memiliki anak bernama Dyah Daksottama atau Mpu Daksa. Mpu Daksa memiliki anak bernama Dyah Tulodong. Dyah Tulodong mempunyai keturunan bernama Dyah Wawa.