November lalu, sebuah petisi daring menerima hampir 25.000 tanda tangan dalam waktu sebulan. Inilah pertama kalinya tes keperawanan ditentang secara terbuka oleh sekian banyak orang di Iran.
"Praktik itu adalah pelanggaran privasi dan memalukan," kata Neda.
Ketika Neda masih pelajar berusia 17 tahun di Teheran, keperawanannya hilang setelah berhubungan seks dengan pacarnya.
"Saya panik. Saya takut apa yang akan terjadi jika keluarga saya tahu."
Di tengah kepanikannya, Neda memutuskan untuk memperbaiki selaput daranya.
Prosedur ini secara teknis tidak ilegal—namun dampak sosialnya berbahaya sehingga tiada rumah sakit yang setuju melakukannya.
Neda kemudian menemukan sebuah klinik swasta yang bersedia melakukannya secara diam-diam—dengan biaya besar.
"Saya menghabiskan semua tabungan saya. Saya menjual laptop, ponsel, dan perhiasan emas saya," paparnya.
Neda harus menandatangani dokumen yang menyatakan dirinya akan memikul tanggung jawab jika ada sesuatu yang salah.
Seorang bidan melakukan prosedur perbaikan tersebut yang berlangsung sekitar 40 menit.
Namun, Neda perlu waktu berminggu-minggu untuk pulih.
"Saya merasa sangat kesakitan sampai-sampai saya tidak bisa menggerakkan kaki," kenangnya.
Dia menyembunyikan kondisinya dari orang tuanya.