"Mereka berada dalam tekanan berat dari keluarga. Kadang kala saya berbohong secara verbal demi pasangan. Jika mereka telah tidur bersama dan ingin menikah, Saya akan mengatakan di depan keluarga mereka bahwa perempuan ini adalah perawan,” terangnya.
Praktik tes keperawanan tetap berlangsung karena bagi banyak pria, menikahi seorang perawan adalah sesuatu yang fundamental.
"Jika seorang perempuan kehilangan keperawanannya sebelum menikah, dia tidak bisa dipercaya. Dia mungkin meninggalkan suaminya demi pria lain," kata Ali, seorang teknisi listrik, 34, dari Shiraz.
Tapi dia mengaku telah berhubungan seks dengan 10 perempuan. "Saya tidak tahan," ucapnya.
Ali menerima ada standar ganda di masyarakat Iran, namun dia bersikukuh bahwa tiada alasan tradisi diakhiri.
"Norma-norma sosial menerima bahwa pria punya lebih banyak kebebasan dari perempuan,” ujarnya.
Pandangan Ali serupa dengan banyak orang, khususnya di wilayah-wilayah pedesaan yang konservatif di Iran.
Meski rangkaian demonstrasi semakin banyak menentang tes keperawanan, tapi karena pandangan tes keperawanan sangat mengakar dalam budaya Iran, banyak pihak percaya diakhirinya tes keperawanan oleh pemerintah dan parlemen bakal sulit segera berlangsung.
(Susi Susanti)