JAKARTA – Lima tahun sejak eksodus besar-besaran dari Provinsi Rakhine karena kebrutalan militer Myanmar, ratusan ribu pengungsi Rohingya masih belum bisa mendapatkan keadilan. Bahkan, harapan untuk memulai kehidupan baru yang lebih baik di negara lain terkendala oleh status mereka.
Namun, kehidupan mereka di negara asing, bagi banyak orang Rohingya, menjadi pilihan yang lebih baik dibandingkan di negara asal mereka, Myanmar. Beberapa warga Rohingya bahkan memilih dibunuh daripada dipulangkan ke Myanmar.
Hal ini dirasakan oleh Rehman, seorang pengusaha etnis Rohingya yang berusaha mencari kehidupan yang lebih baik di India.
Rehman, seorang pengusaha di Myanmar, melarikan diri bersama keluarganya pada 2017 untuk menghindari kampanye genosida oleh junta militer. Setelah berjalan selama berhari-hari, Rehman dan istrinya Mahmuda berhasil sampai ke kamp-kamp pengungsi di Cox's Bazar, Bangladesh.
Setelah kelahiran putrinya, Yasmin, pada 2020, Rehman membawa keluarganya menyeberang ke India untuk mencari kehidupan yang lebih baik, terutama demi sang anak. Organisasi pengungsi memperkirakan terdapat antara 10.000 hingga 40.000 orang Rohingya yang tinggal di India, bahkan ada yang telah tinggal sejak 2012.
Kehidupan Rehman di New Delhi mulanya berjalan biasa, sederhana, tanpa kontroversi, seperti banyak orang Rohingya lain di India. Namun, bulan ini, ketakutannya akan ancaman deportasi muncul karena cuitan seorang menteri India.
Dalam pernyataan di Twitter Hardeep Singh Puri, Menteri Serikat untuk Urusan Perumahan dan Perkotaan India mengatakan bahwa para pengungsi Rohingya akan diberikan perumahan, fasilitas dan perlindungan polisi. Cuitan itu menarik perhatian pada para pengungsi Rohingya, terutama dari para penentang keberadaan mereka di India.