Kelompok radikal Taliban telah membatasi hak-hak perempuan, menutup akses mereka untuk mendapat pendidikan dan memperoleh pekerjaan. Meskipun universitas-universitas negeri dan swasta di Afghanistan terbuka bagi perempuan, namun anak perempuan usia sekolah menengah – yaitu dari kelas tujuh hingga dua belas – dilarang bersekolah.
Utusan Khusus Amerika Untuk Afghanistan Thomas West pekan lalu mengatakan pada VOA bahwa delegasinya telah melangsungkan putaran pembicaraan baru dengan Taliban awal Oktober ini di Qatar, dan memperbarui kekhawatiran Amerika atas masalah HAM yang terjadi.
“Saya pikir kedua belah pihak memiliki sikap konstruktif dalam pembicaraan ini. Saya kira kita sedang dalam upaya membangun kembali kepercayaan. Saya menjelaskan dengan sangat rinci pandangan saya bahwa tidak ada yang akan meningkatkan kedudukan Taliban di dalam dan luar negeri jika mereka tidak kunjung mengizinkan lebih dari satu juta anak perempuan untuk mendapat pendidikan menengah, hak dasar untuk melanjutkan studi, dan juga hak perempuan untuk bekerja.”
Taliban membela aturan yang mereka berlakukan terhadap perempuan itu dengan mengatakan aturan itu sejalan dengan perintah Islam dan budaya Afghanistan. Mereka mengatakan sedang membuat pengaturan untuk memungkinkan gadis-gadis sekolah menengah kembali bersekolah, tetapi bersikeras pemerintahnya tidak akan melakukan hal itu karena tekanan internasional.
(Rahman Asmardika)