Yang menjadi persoalan, khususnya bagi Demokrat, tingkat partisipasi pemilih dalam pemilu sela biasanya lebih rendah dibandingkan dengan pemilu setiap empat tahun sekali yang di antaranya untuk memilih presiden AS.
"Swing voter", termasuk pemilih muda, biasanya tak begitu tertarik kepada pemilu sela.
Biden dan Demokrat menyadari hal ini. Untuk itulah mereka mengusung program-program untuk menarik suara pemilih muda, antara lain relaksasi pinjaman studi.
Kendati sejarah tidak berpihak kepada Demokrat, fakta di lapangan setelah pemilu sela bisa saja lain.
Yang tak kalah menarik, mengingat posisi AS yang masih menentukan dalam peta politik dan ekonomi dunia, pemilu sela bisa bergaung global, khususnya ekonomi dunia yang sedang dalam cengkeraman resesi.
Perubahan fakta ekonomi AS akibat pergeseran kebijakan ekonominya karena pertarungan antara eksekutif dan legislatif yang berubah sengit, bakal menciptakan situasi ekonomi baru yang mempengaruhi bank sentral Federal Reserve dalam mengambil kebijakan moneter dan membuat kebijakan perdagangan AS bisa saja berubah.
Padahal kebijakan Federal Reserve acap menulari otoritas moneter di seluruh dunia, dan ini bisa mempengaruhi upaya dunia dalam menghindarkan resesi global.
(Rahman Asmardika)