Jokowi Unggah Karikatur Soal Batik, Ada Menteri Basuki Hadimuljono Jadi Fotografer

JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali mengunggah sebuah karikatur di akun media sosial (medsos) miliknya, Sabtu (19/11/2022).

Kali ini, Jokowi mengunggah karikatur yang berisikan soal batik. Selalu ada yang menarik dan kocak dalam setiap karikatur unggahan Jokowi.

Kucing oren kerap menjadi ikon kocak tersendiri yang tak pernah lepas dari karikatur unggahan kepala negara. Tapi, unggahan Jokowi kali ini ada yang berbeda. Sosok mirip Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono muncul di karikatur yang membahas batik tersebut.

Karikatur Menteri Basuki muncul layaknya fotografer alias tukang foto di unggahan Jokowi. Dalam unggahan di akun Twitter Jokowi, tampak sosok mirip Basuki Hadimuljono sedang memegang kamera berlensa panjang dengan memakai topi terbalik bertuliskan PUPR.

Baca juga: Jokowi: Syiar Islam di Indonesia Terbuka Lebar Dibandingkan Negara Muslim Lainnya

Belakangan, nama Basuki Hadimuljono kerap jadi bahan perbincangan usai perhelatan puncak Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali. Basuki terekam kamera menjadi seorang juru foto saat Jokowi mengajak para pemimpin negara G20 menanam pohon mangrove di Bali. Aksi Basuki tersebut mirip seperti yang ada di karikatur unggahan Jokowi.

Baca juga: Berkontribusi Besar pada Kemajuan Lembaga Pendidikan, Jokowi: Terima Kasih Muhammadiyah

Dalam unggahannya tersebut, Jokowi juga menuliskan pesan soal batik. Di mana, kata Jokowi, batik yang merupakan warisan budaya Indonesia dikenalkan dan dipakai oleh para pemimpin negara G20 saat makan malam bersama. Bahkan, batik juga menjadi salah satu cinderamata untuk para tamu-tamu penting yang hadir di KTT G20.

"Para pemimpin negara G20 mengenakan batik saat menghadiri gala dinner KTT G20 di Bali. Batik-batik aneka corak dan warna itu jadi cinderamata Indonesia untuk tamu-tamu penting kita," kata Jokowi melalui akun Twitter pribadinya, Sabtu (19/11/2022).

"Batik Indonesia adalah warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan nonbendawi yang diakui UNESCO," sambungnya.

(Fakhrizal Fakhri )