PERISKOP 2023: Rudal dan Uji Coba Nuklir, Proyeksi Kelam Hubungan Korsel - Korut

Rahman Asmardika, Jurnalis
Selasa 10 Januari 2023 08:05 WIB
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un menyaksikan peluncuran rudal dari sebuah lokasi yang tak diungkap dalam sebuah foto tak bertanggal. (Foto: KCNA via Reuters)
Share :

JAKARTA – Ketegangan antara Korea Selatan dan Korea Utara kembali meningkat sepanjang tahun 2022 setelah serangkaian uji coba rudal, saling ancam, dan kekhawatiran akan uji coba nuklir baru. Ketegangan antara kedua negara kemungkinan masih akan berlanjut di tahun 2023.

Korea Utara mengawali tahun 2022 dengan serangkaian uji coba rudal, termasuk rudal balistik berkemampuan nuklir terbesarnya, Hwasong-12. Ini merupakan uji coba rudal balistik pertama Korea Utara sejak 2017.

Uji coba ini merupakan langkah berani dari Korea Utara yang telah dijatuhi sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) karena peluncuran rudal balistiknya. Pyongyang sendiri telah memberlakukan moratorium untuk program rudal balistiknya sejak 2017, yang tampaknya dicabut dengan uji coba Hwasong-12.

Sepanjang Januari 2022 Korea Utara dilaporkan melakukan setidaknya enam uji coba rudal, tren yang terus berlanjut sepanjang tahun. Bahkan, Korea Utara memecahkan rekor uji coba rudal terbanyaknya pada 2022.

Wabah Covid-19 

Selain uji coba rudal, hubungan Korea Selatan dan Korea Utara juga diliputi isu seputar pandemi Covid-19.  

Pada Mei 2022, Korea Utara untuk pertama kalinya melaporkan kasus Covid-19 di wilayahnya, sesuatu yang belum pernah dilakukan Pyongyang hingga saat itu. Dalam waktu kurang dari sepekan, Korea Utara melaporkan kematian pertama akibat penyakit itu, dan diperkirakan satu juta warganya telah terinfeksi Covid.

Meski kemudian Pyongyang mengklaim berhasil meredam penyebaran pandemi, wabah virus corona di Korea Utara membuat hubungan negara itu dengan Korea Selatan yang sudah tegang semakin parah. Meski, Seoul menawarkan bantuan vaksin Covid-19 untuk Korea Utara selama penyebaran wabah, Pyongyang tidak memberikan tanggapan, bahkan balik menuduh tetangganya itu menjadi sumber virus corona yang menyebar di wilayahnya.

Pyongyang menyebut selebaran yang dari pembelot di Korea Selatan ditemukan di perbatasan sebagai penyebab wabah Covid-19. Para pembelot dan aktivis Korea Utara di Selatan selama beberapa dekade mengirim balon yang membawa selebaran anti-Pyongyang ke Utara, bersama makanan, obat-obatan, uang, dan barang-barang lainnya.

Kim Yo Jong, adik Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengancam pemerintah Korea Selatan karena mencabut larangan kampanye pengiriman tersebut.

Trump dari Korea Selatan 

Faktor lain yang mempengaruhi hubungan antara kedua negara tetangga itu adalah terpilihnya Yoon Suk Yeol sebagai presiden Korea Selatan menggantikan Moon Jae-in yang telah menyelesaikan dua masa jabatannya.  

Berbeda dengan Moon yang menggunakan pendekatan lebih bersahabat terhadap Korea Selatan, Yoon, yang kerap disamakan dengan Presiden ke-45 Amerika Serikat (AS) Donald Trump, mengambil sikap yang konfrontatif terhadap Pyongyang.

Yoon telah menyatakan akan meningkatkan kemampuan militer Korea Selatan untuk menanggapi berbagai “provokasi” dan potensi aksi militer dari Korea Utara. Pemerintahan Yoon juga mengumumkan pembangunan rudal “sekuat senjata nuklir” untuk menghadapi Korea Utara, dan meningkatkan latihan militer bersamanya dengan AS.

Tindakan pemerintahan Yoon Suk Yeol itu semakin meningkatkan ketegangan dengan Pyongyang, yang juga semakin gencar melakukan uji coba rudal dan persenjataannya. Korea Utara juga melakukan eskalasi langkah pertunjukan kekuatannya, yang terlihat dari penembakan ratusan artileri dan pengerahan jet tempur di dekat wilayah Korea Selatan menyusul latihan militer bersama Korea Selatan dan AS pada bulan Oktober dan November.

Uji coba nuklir

Tindakan Korea Utara yang semakin meningkat itu memunculkan kekhawatiran bahwa Pyongyang akan melakukan uji coba nuklir ketujuhnya dalam waktu dekat. Penilaian itu dilaporkan oleh Badan Intelijen Korea Selatan (NIS), menyusul informasi bahwa Korea Utara telah menyelesaikan terowongan baru di lokasi uji coba nuklir Punggye-ri. 

Korea Utara menggelar enam uji coba nuklir antara Oktober 2006 dan September 2017. Semua uji coba tersebut dilakukan di Punggye-ri, sebuah fasilitas bawah tanah yang terletak di Provinsi Hamgyong Utara.   

Pada 2023, ketegangan antara kedua negara ini kemungkinan masih akan berlanjut, bahkan berpotensi menjadi semakin buruk.

Dalam pidato di Tahun Baru, Kim Jong-un memerintahkan militer Korea Utara memperkuat kemampuannya dengan lebih banyak rudal balistik dan senjata nuklir.

Terkait perintah ini, pakar senjata nuklir di Carnegie Endowment for International Peace, Ankit Panda mengatakan bahwa pada 2023 Pyongyang kemungkinan akan berusaha mengembangkan dan menguji senjata nuklir taktis, dalam ukuran yang lebih kecil sehingga bisa dimuat ke rudal yang berukuran kecil.  

Panda juga memprediksi bahwa Korea Utara masih akan terus melakukan peluncuran rudal pada 2023. Namun, menurutnya, peluncuran itu bukanlah sebuah uji coba, melainkan latihan, karena Korea Utara bersiap menggunakan senjata-senjatanya tersebut dalam konflik.

Sayangnya, peluang terjadinya perundingan ke arah hubungan yang lebih baik antara Korea Utara dan Selatan, atau pembicaraan lain antara Pyongyang dan Amerika Serikat pada 2023 dinilai sulit terjadi.  

Analis Korea Utara Rachel Minyoung mengatakan bahwa Korea Utara kemungkinan sedang mengubah kebijakan luar negerinya secara mendasar.

Sementara Chad O’Carrol, CEO Korea Risk Group, sebuah layanan analisis yang memantau Korea Utara, memperkirakan bahwa ketegangan yang memuncak antara Korea Utara dan Selatan pada 2023 membuat kemungkinan terjadinya konfrontasi langsung antara kedua negara, yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa, cukup besar.

(Rahman Asmardika)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya